Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Putin dan G20, Indonesia Diminta Maksimalkan Semua Jurus Diplomasi

Kompas.com - 25/03/2022, 15:32 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia diminta menggunakan seluruh cara diplomasi terkait dengan perdebatan soal rencana kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-17 yang bakal digelar pada 15 sampai 16 November 2022 mendatang di Bali.

Sebab, saat ini Amerika Serikat beserta sekutunya memberi sinyal keberatan dengan rencana kehadiran Rusia di ajang itu terkait dengan penyerbuan ke Ukraina.

"Saya kira langkah yang bisa diambil Indonesia adalah open diplomacy, intensive diplomacy, hingga shuttle diplomacy," kata eneliti Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian Universitas Al Azhar Indonesia, Ramdhan Muhaimin, kepada Kompas.com, Jumat (25/3/2022).

Dimensi konflik antara Rusia dan Ukraina saat ini meluas. Amerika Serikat dan sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) serta negara-negara anggota Uni Eropa terus menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Rusia juga tidak tinggal diam dan memberikan sanksi balasan.

Baca juga: Jokowi Dinilai Bisa Mediasi Biden-Putin soal Ukraina Sebelum KTT G20

Peperangan Rusia dan Ukraina yang lebih disebabkan akibat faktor geopolitik NATO serta negara-negara Eropa dan AS dengan Rusia juga dinilai akan berimbas ke hal-hal lain. Menurut Ramdhan, akan sangat sulit bagi forum G20 untuk menghindari dampak politik konflik Rusia-Ukraina itu.

Di sisi lain, negara-negara yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam konflik Rusia-Ukraina adalah anggota G20, seperti Rusia, AS, Jerman, Prancis, Kanada, Inggris, Jepang, dan Turki. Sebagian anggota G20 juga anggota NATO dan sekutu AS, sedangkan China dan India mendukung Rusia.

Tidak mudah

Ramdhan memperkirakan, jika konflik bersenjata Rusia-Ukraina berkepanjangan maka akan menimbulkan efek domino yang bisa melahirkan krisis pangan global. Sebab, Rusia dan Ukraina adalah negara pengekspor gandum terbesar di dunia. Jika hal itu terjadi, kata Ramdhan, maka akan sangat memukul perekonomian dunia yang saat ini juga lesu akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Pro Kontra Undangan Indonesia untuk Putin di KTT G20 di Tengah Invasi Ukraina

"Dan hal ini saya kira akan menjadi salah satu pembahasan dalam pertmuan puncak G20 nanti jika konflik masih berlangsung sampai medio atau akhir tahun. Karena saya melihat, konflik ini bisa saja berkepanjangan selama ambisi geostrategi Putin belum tercapai," ujar Ramdhan.

Yang dimaksud Ramdhan dengan ambisi geostrategi adalah Putin berharap Ukraina tidak lagi bersikap menantang Rusia dan mengubur ambisi untuk menjadi anggota NATO. Sebab, Rusia menilai jika NATO mempunyai pangkalan di Ukraina maka bisa mengancam keamanan dan integritas wilayah mereka.

Menurut Ramdhan, jika konflik Rusia-Ukraina bisa segera berakhir sebelum perhelatan puncak G20, normalisasi hubungan Rusia dengan Barat (AS, NATO, Uni Eropa) tidak akan mudah.

Pertanyaan lain yang muncul kemudian adalah siapa yang akan menanggung biaya untuk membangun kembali Ukraina yang hancur akibat peperangan.

"Ini hal-hal yang menurut saya membuat normalisasi hubungan Rusia dengan Barat tidak akan mudah. Sangat multidimensi efeknya. Yang pada akhirnya berdampak terhadap stabilitas global," ucap Ramdhan.

Baca juga: Pro Kontra Rusia Datang ke G20, Anggota Komisi I: Diundang atau Tidak Harus Berdasarkan Kesepakatan

AS dan Blok Barat meminta supaya Indonesia mempertimbangkan kembali untuk mengundang Rusia dalam KTT G20 pada November mendatang. Presiden AS Joe Biden meminta supaya Rusia didepak dari Forum itu.

Bahkan Polandia secara terang-terangan mengusulkan kepada AS supaya diizinkan menggantikan keanggotaan Rusia di KTT G20.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengancam tidak akan hadir jika Indonesia tetap mengundang Rusia ke KTT G20. Sebab, selama ini Australia menjadi bagian dari pakta pertukaran informasi intelijen The Five Eyes yang melibatkan Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com