Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas IDAI: Anak dengan Komorbid Memiliki Risiko Perburukan sampai 14 Persen

Kompas.com - 23/02/2022, 14:52 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira mengatakan, kasus kematian akibat Covid-19 terhadap balita usia 0-5 tahun perlu dilakukan analisis lebih lanjut.

Ia mengatakan, balita yang memiliki penyakit penyerta (komorbid) memiliki risiko perburukan apabila terinfeksi Covid-19.

"Kalau anak mengalami satu komorbiditas saat terinfeksi (Covid-19) maka risiko perburukan sampai meninggal bisa sampai 14 persen," kata Yogi dalam diskusi yang diselenggarakan Radio Kesehatan Kemenkes, Rabu (23/2/2022).

Baca juga: Kemenkes: 80 Balita Meninggal akibat Covid-19 Selama Gelombang Omicron

Yogi mengatakan, balita yang terinfeksi Covid-19 baik tanpa gejala dan bergejala ringan serta memiliki komorbid, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mengantisipasi terjadinya perburukan.

Terlebih, kata dia, varian Omicron menyerang saluran pernapasan bagian atas sehingga berisiko menyebabkan terjadinya peradangan di saluran pernapasan balita.

"Balita ini jalan napasnya berbeda dengan orang dewasa dia seperti corong dan ada bagian yang lebih sempit. Jika Omicron bereplikasi akan menyebabkan peradangan napas dan penyumbatan," ujarnya.

Karena itu, ia meminta orang tua harus selalu memantau perkembangan balitanya apabila terpapar Covid-19 dan bila diperlukan membawa ke rumah sakit untuk dilakukan observasi.

"Sehingga kita harus lebih hati-hati harus lebih waspada pada kondisi khusus," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, 80 balita dengan usia 0-5 tahun meninggal dunia akibat Covid-19 selama gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron.

Baca juga: Kemenkes: Balita yang Meninggal akibat Covid-19 Biasanya Punya Komorbid

Nadia mengatakan, angka tersebut didapatkan dari data per 19 Februari 2022 yaitu sebanyak 2.484 orang meninggal dunia sejak Januari 2022.

"Dan kalau kita lihat data yang meninggal dunia 73 persen belum divaksin lengkap baik sama sekali vaksin maupun yang baru mendapatkan satu dosis vaksin," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (22/2/2022).

Nadia mengatakan, kasus kematian Covid-19 pada balita biasanya dikarenakan memiliki penyakit penyerta atau komorbid seperti kelainan jantung, kelainan imunitas dan kanker.

Oleh karenanya, ia meminta, orang tua untuk mewaspadai penularan varian Omicron mengingat penularannya yang lebih cepat dan tidak bergejala.

"Sehingga varian ini bisa mempercepat terjadinya klaster keluarga," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Kuasa Hukum KPU Belum Paham Isi Gugatan PDI-P di PTUN

Nasional
KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

KPK Sita Pabrik Kelapa Sawit Bupati Nonaktif Labuhan Batu, Nilainya Rp 15 M

Nasional
Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Sidang Praperadilan Tersangka TPPU Panji Gumilang Berlanjut Pekan Depan, Vonis Dibacakan 14 Mei

Nasional
Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Hukuman Yusrizki Muliawan di Kasus Korupsi BTS 4G Diperberat Jadi 4 Tahun Penjara

Nasional
Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

Nasional
Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

Nasional
Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com