JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menceritakan pengalamannya memberikan saran ke Presiden Joko Widodo soal desain ibu kota negara (IKN) yang akan dibangun di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Dia mengungkapkan saran tersebut disampaikannya dalam waktu lima menit saja, tapi mengubah segalanya.
"Waktu awal-awalnya kan ada desain khusus yang beredar lah di internet yang tidak jelas asal-usulnya, tiba-tiba muncul. Membuat sebagian bingung dan terus diwacanakan," kata pria yang akrab disapa Emil ini dalam webinar Protalk Series yang ditayangkan kanal YouTube Ikatan Arsitek Indonesia, sebagaimana dilansir pada Jumat (11/2/2022).
"Sehingga saya punya kekhawatiran sebagai arsitek yang kebetulan gubernur kok tidak ada proses sebuah peristiwa besar ini dengan pelibatan demokratis yang luar biasa," lanjutnya.
Baca juga: Nagara Rimba Nusa, Juara Pertama Sayembara Gagasan Desain IKN
Emil lantas memberanikan diri bertemu Presiden Joko Widodo, bukan sebagai kepala daerah melainkan sebagai seorang arsitek.
"Dalam konteks itu ilmu dosennya keluar. Saya bawa kertas A3 terus saya bagi dua presentasinya karena cuma dikasih waktu lima menit," tutur Emil.
"Poin saya cuma tiga. Satu saya jelaskan ke Pak Jokowi contoh-contoh ibu kota gagal dari sisi livability, dari sisi skala. Saya cerita Brasilia, cerita ibu kota Myanmar, cerita sepinya Canberra, dan seterusnya," jelasnya.
Di halaman kertas yang kedua, Emil bercerita mengenai ibu kota negara di dunia yang berhasil.
Dia mencontohkan ibu kota Amerika Serikat, Washington DC.
Dia menjelaskan di luar fungsi-fungsi pemerintahannya, kehidupan kotanya, walkavility-nya, skalanya terjaga dengan sangat baik.
Baca juga: Kekhawatiran Ridwan Kamil soal Penataan Ruang IKN
"Poin ketiga, di situ saya tekankan Pak Presiden sebaiknya disayembarakan yang namanya desain ibu kota. Kalau tidak disayembarakan, akan terkesan ini ambisi seorang presiden," tutur Emil.
"Tapi kalau disayembarakan, saya bilang, kita akan mengajak seluruh rakyat Indonesia ikut mendesain masa depannya. Jadi, kalimat terakhir itu yang akhirnya membuat desain yang pertama tidak dipakai lagi," lanjutnya.
Setelah itu kemudian diadakan sayembara desain IKN yang mana Emil menjadi salah satu jurinya.
Sambil berseloroh, Emil menyebut dirinya 'menyelamatkan IKN' dengan sebuah tindakan politis.
"Jadi, saya menyelamatkan si ibu kota ini dengan sebuah tindakan politis, yaitu membisiki Pak Jokowi hanya dalam lima menit agar mau menyayembarakan," katanya.