Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Dinilai Sulit Menang jika Maju Pemilu 2024, Pengamat: Masyarakat Jenuh dan Kecewa

Kompas.com - 20/12/2021, 13:13 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengamini pernyataan politikus Partai Gerindra Arief Poyuono yang menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sulit bersaing pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

Pasalnya, kata dia, selain sudah jenuh dengan sosoknya, masyarakat juga kecewa dengan sikap Prabowo yang justru merapat ke dalam barisan pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin seusai Pilpres 2019 lalu.

"Apa yang disampaikan Arief Poyuono itu merupakan sesuatu yang harus dievaluasi oleh Pak Prabowo. Mungkin karena tadi ya, sudah tiga kali maju, masyarakat mulai jenuh, perlu capres cawapres yang lebih fresh, lebih baru," kata Ujang saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/12/2021).

"Yang kedua juga mungkin masyarakat banyak sudah kecewa, baik dalam kelompok 212 maupun kelompok masyarakat yang dulu menjadi pendukung Pak Prabowo," kata Ujang melanjutkan.

Baca juga: Prabowo Bacakan Amanat Jokowi di Peringatan Hari Bela Negara

Ujang menilai, para pendukung Prabowo pada Pilpres 2019 sebetulnya mengharapkan agar Prabowo menjadi oposisi untuk mengkritisi pemerintahan Joko Widodo.

Namun, faktanya Prabowo justru masuk ke dalam pemerintahan dan mendapatkan jabatan Menteri Pertahanan.

Menurut Ujang, jabatan yang disandang Prabowo itu memang bisa menjadi alat untuk membuktikan bahwa Prabowo memiliki pengalaman di dunia pemerintahan, hal yang tak dipunyai Prabowo sebelumnya

"Kalau menurut saya itu (jabatan Menhan) menolong Prabowo, tetapi kekecewaaan rakyat itu yang perlu diobati, karena kalau masyarakat hatinya sudah kecewa, itu yang agak repot," ujar dia.

Ia menyebutkan, elektabilitas mantan Danjen Kopassus itu pun cenderung stagnan dan belum memperoleh angka yang dominan dibandingkan tokoh-tokoh lain.

"Sebagai pemain lama yang sudah tiga kali maju, di angka masuk tiga besar dan jaraknya tidak jauh beda itu merupakan sebuah kerugian. Mestinya kan melesat tinggi, dan itu elektabilitasnya masih di bawah 30 persen, belum sampai 50 persen," kata Ujang.

Baca juga: Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo Subianto Unggul

Oleh sebab itu, Ujang menilai, Gerindra semestinya mengajukan sosok baru pada Pilpres 2024 mendatang, tidak lagi mengusung Prabowo.

"Tetapi kelihatannya tidak akan mungkin karena Gerindra itu Prabowo harga mati, jadi mau elektabilitasnya naik, mau stagnan, atau turun nanti, kelihatannya akan mati-matian tetap mendukung Prabowo," kata Ujang.

Diberitakan sebelumnya, Arief menilai tidak mudah bagi Prabowo untuk memangkan Pilpres 2024 karena sudah tiga kali kalah dalam tiga edisi pilpres sebelumnya.

Menurut Arief, cap buruk akan disematkan pada Gerindra apabila Prabowo kembali kalah dalam kontestasi pilpres.

"Kenapa? Satu, sudah ada yang namanya cap tempelan, Prabowo tiga kali kalah loh. Jangan lagi nanti ada kata-kata kita kalah lagi kita diolok-olok lagi," kata Arief di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (19/12/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com