JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak mendahulukan lapisan elite yang memiliki privilese akses kesehatan untuk menjalani rapid test Covid-19.
"Semua orang berhak atas rapid test Covid-19, tapi prioritaskan kalangan yang berisiko lebih besar terkena sakit parah dan kematian," ujar Usman dalam keterangan persnya, Selasa (24/3/2020).
Contohnya, kata Usman, orang tua dan orang-orang dengan kondisi medis yang ada sebelumnya seperti asma, diabetes, penyakit jantung.
"Mereka lebih rentan jatuh sakit parah dengan adanya virus ini," ucap Usman Hamid.
Baca juga: IAKMI: Rapid Test Sedianya untuk Orang dalam Pemantauan
Kemudian, menurut dia, jika dengan landasan HAM maka masyarakat rentan adalah masyarakat yang dapat dianggap sebagai kelompok terpinggirkan.
"Miskin atau dalam pekerjaan yang tidak aman, difabilitas, buruh migran dan orang-orang yang sedang ada dalam tahanan, semuanya itu menghadapi kerentanan dan risiko tambahan," tuturnya.
Usman mendorong agar kelompok rentan tersebut bisa diprioritaskan dalam mengakses perawatan pencegahan dan pengobatan.
Selain itu, Usman juga meminta pemerintah mengutamakan pelayanan kepada pasien lanjut usia (lansia).
"Pasien yang rata-rata berusia lanjut menginginkan pemerintah agar mengutamakan HAM, saat menghadapi pandemi Covid-19," kata Usman.
Baca juga: Pemprov DKI Dapat Bantuan 100.000 Alat Rapid Test Covid-19
Diberitakan sebelumnya, Sekretariat Jenderal DPR menjadwalkan tes Covid-19 yang disebabkan virus corona bagi para anggota dewan serta keluarganya mulai Kamis (25/3/2020) mendatang.
Sekjen DPR Indra Iskandar mengatakan, saat ini pembagian jadwal masih dalam penyusunan karena jumlah peserta yang ikut diperkirakan mencapai 2.000 orang.
Asumsi ini berdasarkan jumlah anggota dewan sebanyak 575 orang dengan masing-masing empat anggota keluarga.
"Dijadwalkan mulai dari Kamis sampai dengan selesai. Ini sedang menyusun jadwal, belum selesai karena jumlah anggotanya kan banyak. Keluarga mungkin 2.000 lebih," kata Indra saat dihubungi, Senin (23/3/2020).