JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno telah mendeklarasikan klaim kemenangan berdasarkan exit poll, quick count, dan real count internal Badan Pemenangan Nasional (BPN).
Tercatat sebanyak tiga kali Prabowo mendeklarasikan klaim kemenangan pasca-hari pemungutan suara pada 17 April 2019.
Pada klaim kemenangan itu, Prabowo menyebutkan, berdasarkan proses penghitungan internal dari hasil rekapitulasi formulir C1, Prabowo-Sandiaga memperoleh sekitar 62 persen suara.
Akan tetapi, BPN memilih merahasiakan proses penghitungan atau real count internal BPN.
Baca juga: BPN Persilakan TKN jika Mau Buktikan Dugaan Kecurangan oleh Kubu 02
BPN pun ditantang untuk terbuka atas klaimnya soal penghitungan real count yang memenangkan pasangan nomor urut 02 itu.
Seperti pernyataan para petinggi BPN lainnya, Direktur Relawan BPN Mursyidan Baldan memastikan pihaknya memiliki ruangan untuk melakukan proses real count.
"Ada. Salah satunya di sini, di Kertanegara," ujar Ferry saat ditemui di Media Center Prabowo-Sandiaga, Selasa (23/4/2019).
Namun, Ferry enggan merinci tempat lain yang digunakan untuk memantau rekapitulasi hasil penghitungan suara. Ia juga enggan menjelaskan proses real count internal.
Baca juga: Sandiaga Minta Masyarakat yang Temukan Dugaan Kecurangan Pemilu Lapor ke Pihak Berwenang
Ferry mengatakan, pihaknya ingin berhati-hati dalam melakukan rekapitulasi data terkait potensi serangan siber.
Bahkan, kata Ferry, BPN harus mem-back-up data formulir C1 di tempat yang berbeda.
"Kita enggak boleh dong kasih tahu nanti disatronin. Ini kan (serangan) cyber ini kan luar biasa. Data saja kami harus back up," kata Ferry.
Direktur Materi BPN Sudirman Said sebelumnya mengatakan, pihaknya memiliki tim yang bertugas untuk menghitung dan memantau rekapitulasi hasil penghitungan suara Pilpres 2019.
"Ada tim yang memonitor di DPP masing-masing partai, tapi di tim BPN juga ada," ujar Sudirman saat ditemui di Media Center Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).
Berbeda dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, pihak BPN tidak menggunakan istilah "war room".
Baca juga: Mahfud MD Datangi KPU, Pastikan Tak Ada Kecurangan Pemilu
Selain itu, kata Sudirman, ruangan untuk melakukan real count Pemilihan Presiden 2019 tersebut tidak dapat diakses oleh publik secara leluasa.
"Ini bukan 'war' kan. Ini kompetisi tentu ada tim yang menghitung. Kami punya lapisan data yang berlapis-lapis yang Insya Allah akan memperkuat argumen kita," kata Sudirman.
"Di berbagai partai politik koalisi kita mereka juga punya dan kebijakan masing-masing tapi saya kira kan ada bagian-bagian dapur kita, kalau kita punya dapur kan tidak seluruhnya bisa dipertontonkan," ujar dia.