Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perludem Ungkap Tren Antusiasme Masyarakat Jadi Caleg Menurun

Kompas.com - 11/06/2018, 11:07 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengungkapkan, ada tren penurunan antusiasme masyarakat yang ingin jadi calon legislatif pada Pemilu 2019.

Menurut Titi, ada sejumlah faktor yang menciptakan kondisi tersebut, mulai dari kompetisi yang tak sehat hingga mahar politik.

"Itu bisa disebabkan oleh beberapa hal, kalau dia pernah nyaleg, biasanya dia trauma terhadap proses kompetisi sebelumnya yang dianggap terlalu bebas, dan tidak memberi proteksi kepada calon," kata Titi di gedung Bawaslu, Jakarta, Minggu (10/6/2018).

Menurut Titi, parpol seringkali tak memberikan jaminan perlindungan yang kuat. Para calon dibiarkan bertarung bebas tanpa kawalan dari parpol. Hal itu membuat mereka berpikir ulang untuk maju menjadi caleg.

"Jadi faktor paling dominan yang membuat mereka kurang antusias untuk maju ya ongkos politik mahal, persaingan tidak sehat, kompetisi terlalu bebas, termasuk kecurangan ya," kata dia.

Baca juga: KPU, Bawaslu, dan Parpol Diminta Perkuat Proteksi bagi Caleg Perempuan

Titi berharap parpol kembali ke jalurnya sebagai alat perjuangan ideologis, visi, misi partai.

Oleh karena itu, proses rekrutmen calon diharapkan berbasis kaderisasi, bukan transaksi politik tertentu. Dengan demikian, kader merasa memiliki ikatan untuk mendukung cita-cita partai.

Ia juga menilai tantangan Pemilu 2019 menjadi lebih berat. Sebab, pileg dan pilpres dilakukan secara bersamaan.

Parpol harus mempertahankan eksistensi partai sekaligus menjaga elektabilitas capres pilihannya. Kondisi itu menciptakan tren masyarakat menentukan pilihannya berdasarkan capres yang didukung

"Misalnya, Partai Nasdem mendukung Jokowi, di Sumatera Barat, Jokowi kan suaranya dulu kalah, tidak dominan, maka eksistensi parpol bisa berpengaruh keterpilihannya, di saat sama masyarakat cenderung memilih parpol yang mengusung capres sesuai dengan keinginan mereka," kata Titi.

Baca juga: Antusiasme Perempuan Jadi Penyelenggara Pemilu Dinilai Masih Rendah

Titi juga menyoroti maraknya ujaran kebencian dan hoaks jelang pemilihan sebagai strategi pemenangan. Ia menilai kedua hal tersebut bisa menciptakan persaingan yang tidak sehat, karena menarik dukungan dengan menjatuhkan pihak lain.

"Karena kompetensinya semakin menentukan dan itu menjadi titik balik menang dan kalah. Jangan sampai itu memicu para kontestan memakai isu negatif, kabar bohong, ujaran kebencian sebagai strategi pemenangan," tutur Titi.

Titi berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bisa mengantisipasi pola kompetisi yang semakin sengit. Di sisi lain, jajaran KPU dan Bawaslu juga harus menjaga profesionalisme dan integritasnya.

"Karena terkadang ada upaya untuk memengaruhi. Kedua, karena beban penyelenggara sangat berat, KPU dan Bawaslu perlu memastikan profesionalisme sebagai penyelenggara pemilu siap menjaga standar kualitas penyelenggaraan pemilihan," kata dia.

Langkah-langkah itu dilakukan untuk menjamin perlindungan dan meningkatkan kepercayaan publik untuk mau berkontribusi dalam ruang-ruang politik.

Kompas TV Komisi Pemilihan Umum tetap pada keputusannya untuk melarang mantan napi korupsi mencalonkan diri sebagai Caleg.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com