Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Tagar Dinilai Tak Banyak Pengaruhi Elektabilitas Parpol

Kompas.com - 08/05/2018, 19:50 WIB
Yoga Sukmana,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa menilai, perang tagar di media sosial terkait PIlpres 2019 tak banyak mendongkrak elektabilitas parpol.

Seperti diketahui, belakangan bermunculan tagar-tagar di media sosial. Mulai dari #2019GantiPresiden hingga #DiaSibukKerja.

“Kami lihat berpengaruh tetapi tidak terlalu besar,” ujar Ardian di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (8/5/2018).

Menurut dia, perang tagar di media sosial dibangun oleh partai-partai politik. Namun parpol dinilai tak bisa mengatrol elektabilitas dari tagar yang diciptakan.

Ardian mengatakan, elektabilitas partai lebih ditentukan oleh tiga faktor.

Baca juga : Ketua KPU: Masak Tagar Pilkada Kalah dengan Tagar Pilpres?

Pertama, parpol yang terasosiasi kuat ke capres yang punya elektabilitas tinggi. Kedua program parpol yang popular dan dikenal luas. Ketiga, tidak terkait skandal.

Beberapa skandal yang memengaruhi elektabilitas diantaranya yakni kasus korupsi.

Sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan hanya ada tiga partai yang akan berebut menjadi jawara di Pemilu 2019.

Berdasarkan survei terbarunya, LSI membagi hasil elektabilitas partai politik ke dalam 4 divisi. Pertama, divisi utama yang diisi oleh 3 parpol yakni PDI-P, Golkar dan Gerindra.

Baca juga : Survei LSI: Kasus Korupsi E-KTP dan Setya Novanto Buat Golkar Stagnan

Ardian menuturkan, dalam survei LSI Danny JA, 21,7 persen responden memilih PDI-P, 15,7 persen Golkar, dan 14,7 persen Gerindra.

Beberapa hal yang menjadi kunci utama besarnya elektabilitas ketiga partai tersebut yakni PDI-P karena faktor Jokowi, Gerindra karena faktor Prabowo, dan Golkar karena faktor programnya.

Sementara itu, untuk parpol lainnya, elektabilitas tidak mencapai 10 persen. PKB hanya 6,2 persen sementara Demokrat hanya 5,8 persen. LSI memasukan dua partai ini ke dalam divisi menengah.

Adapun divisi bawah dihuni oleh PAN 2,5 persen, Nasdem 2,3 persen, Perindo 2,3 persen, PKS 2,2 persen, dan PPP 1,8 persen.

Di divisi paling bawah yakni divisi nol koma, ada partai-partai yakni Hanura 0,7 persen, PBB 0,4 persen, Garuda 0,3 persen, PKPI 0,1 persen, dan Berkarya 0,1 persen.

Baca juga : Survei LSI Bagi Parpol Jadi 4 Divisi: Gerindra, Golkar, PDI-P Divisi Utama

Kompas TV Menurutnya, partai pendukung pemerintah saat ini tetap solid di pemilu 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com