Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Wiranto Berguyon soal Kelompok Garis Keras dan Garis Lembek...

Kompas.com - 19/04/2018, 11:31 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto bercerita bahwa dirinya sering kali diundang untuk memberikan sambutan dan membuka berbagai acara seminar dan kongres.

Biasanya Wiranto hanya memenuhi undangan dari pihak-pihak yang bergerak di bidang politik, hukum, dan keamanan.

Namun, Wiranto merasa sungkan jika diundang oleh pihak-pihak yang bergerak di luar bidang kapasitasnya.

(Baca juga: Darmin Sebut Tarif Impor Baja AS Tantangan bagi Indonesia)

Seperti hari ini, Kamis (19/4/2018), Wiranto diundang untuk membuka seminar yang digelar Asosiasi Masyarakat Baja Indonesia (AMBI) di Hotel Bidakara, Jakarta.

"Saya memyampaikan terima kasih dan terhormat dapat diundang. Ya, sebenarnya saya tidak mau masuk wilayah orang lain. Lalu, dijelaskan visi dan misi asosiasi masyarakat baja Indonesia, saya putuskan hadir pagi hari ini," kata Wiranto di sela-sela sambutannya.

Wiranto merasa, hari ini ia sedang berhadapan dengan kelompok garis keras. Namun, bukan kelompok garis keras secara ideologi, melainkan kelompok garis keras dari pelaku industri baja seluruh Indonesia.

"Saya berhadapan dengan kelompok garis keras, bukan ideologinya, melainkan produksinya keras karena baja. Kalau saya hadir di asosiasi perusahaan roti, saya bertemu masyarakat garis lembek. Ha-ha-ha," ujar Wiranto disambut gelak tawa peserta.

(Baca juga: Malaysia Kembalikan Status Tarif Istimewa atas Ekspor Baja Indonesia)

Wiranto berpesan, industri baja Indonesia berperan strategis dalam mendukung pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Sebab, infrastruktur juga berperan untuk menjaga ketahanan nasional di tengah ancaman keamanan yang bersifat multidimensional.

"Kita jadi rawan. Oleh karena itu, kebijakan Presiden tepat, kita membangun dari pinggiran untuk menembus daerah-daerah terisolasi untuk mewujudkan keadilan dan kemakmuran," ucapnya.

Dengan demikian, pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, pos lintas batas, serta gedung pendidikan dan kesehatan membutuhkan dukungan industri baja nasional.

"Asosiasi Masyarakat Baja Indonesia harus membantu pemerintah. Kita juga ingin industri baja dalam negeri harus kita bangkitkan, ekpor dan impor seimbang. Kalau bisa harus lebih kuat. Ini kan harus kita cermati," ujarnya.

(Baca juga: Lebih Kuat dari Baja, Kayu Super Ini Mampu Menahan Peluru)

Ia memastikan bahwa sektor industri baja nasional telah menjadi salah satu prioritas nasional. Jadi, ia berharap, industri baja nasional bisa mengelola kekayaan sumber daya alam Indonesia dengan bijak.

"Dalam persaingan global, industri baja merupakan industri vital. Kita tahu bahwa dagang itu, kan, bebas, tentu produksi negara lain akan melebar ke mana-mana, termasuk Indunesia. Kalau kita bicara masalah industri baja, kita harus mandiri," katanya.

Ia pun berharap agar pelaku usaha selalu fokus pada persoalan substansial. Dengan demikian, para pengusaha bisa memberikan gagasan dan solusi yang nyata, realistis, dan rasional dalam menuntaskan berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia.

Kompas TV Jika informasi itu benar ini merupakan kali pertama Kim Jong Un melakukan kunjungan ke luar negeri sejak berkuasa tahun 2011.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com