Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Eks Gafatar, Mengabdi di Masyarakat dan Berakhir Terusir

Kompas.com - 23/03/2018, 07:37 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang mantan pengikut Gafatar, Adam Mirza, menceritakan kisahnya ikut dalam kelompok keyakinan Gafatar yang telah bubar pada 2015 silam. Adam menjelaskan, ada perbedaan pandangan antara Negara Islam Indonesia, Al Qiyadah Islamiyah dan Gafatar dalam memandang perjuangan keagamaan.

Menurut Adam, nilai ajaran di NII dan Al Qiyadah Islamiyah cenderung keras dan berlawanan dengan nilai agama dan ideologi Pancasila. Ia menuturkan, NII memiliki cita-cita kebangkitan Islam dengan cara mendirikan negara Islam, dan Al Qiyadah bergerak dengan konsep kerasulannya terhadap sang tokoh Ahmad Musadeq.

Sementara dalam ajaran Millah Abraham, Ahmad telah mencabut status kerasulannya dan mengubah perspektifnya bahwa Gafatar menerapkan nilai agama secara universal dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Menurut Adam, Gafatar cenderung ditentang oleh masyarakat dikarenakan masih dianggap sebagai organisasi turunan NII dan Al Qiyadah Islamiyah dengan konsep dan pandangan yang sama.

Baca juga : Putusan Hakim, Tiga Mantan Petinggi Gafatar Tak Terbukti Makar

"Itu yang menjadi kegagalan pemahaman masyarakat tentang apa itu Millah Abraham dan Gafatar. Di situ kami diajarkan hukum Tuhan itu tidak meniadakan hukum lain, tapi harus jadi hukum tertinggi dan universal," ungkap Adam dalam sebuah diskusi di Kantor YLBHI, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

"Di ajaran Millah Abraham mengajarkan ke kami, bukan cuma kita yang punya misi membawa kebangkitan, teman-teman dari agama dan keyakinan lain juga," lanjut dia.

Dengan demikian, kata Adam, Millah Abraham memungkinkan umat dari agama dan keyakinan lain bisa ikut mewujudkan nilai ajaran Millah Abraham. Adam menjelaskan, ajaran tersebut membuat pengikut Gafatar tak lagi fokus memperjuangkan kebangkitan agama, melainkan kebangkitan peradaban masyarakat.

"Karena kita yakin bangsa ini punya modal besar untuk jadi negara besar, manusianya, sumber dayanya. Makanya juga kenapa Pancasila yang digadang dalam Gafatar. Kita menginterpretasikan nilai Pancasila," paparnya.

Baca juga : Diskriminasi dan Nasib Anak-anak Eks Gafatar yang Terlupakan

Adam mencontohkan, dalam sila pertama Pancasila, pengikut Gafatar diajarkan bahwa segala perbedaan agama dan keyakinan merupakan keniscayaan hidup di Indonesia. Sehingga, perbedaan tidak dipandang sebagai alat untuk menimbulkan perpecahan.

"Kesadaran ini diikat dalam aksi kemanusiaan, seperti aksi sosial, nah pada saat kami melakukan aksi-aksi sosial, kami dipersekusi, dan diusir, kami bingung kita salah apa ya," kata dia.

Padahal, kata Adam, kelompoknya telah berhasil mengelola berbagai lahan gambut untuk kepentingan pertanian. Ia mengungkapkan, ada pihak yang mengirimkan surat edaran secara luas yang meminta masyarakat mewaspadai gerakan Gafatar.

Baca juga : Kisah Suratmi, Warga Eks Gafatar yang Keguguran Saat Dipaksa Angkat Kaki dari Kalbar

"Inilah yang membuat risih masyarakat, yang akhirnya terjadi persekusi. Sejak saat itu, anggota kami di 30 provinsi ada kena persekusi," kata dia.

Adam memaparkan, suku Dayak merupakan pihak yang paling tertarik dengan program sosial Gafatar, seperti pertanian di lahan gambut dan mengubah air payau menjadi layak minum. Suku Dayak pun menjalin kesepakatan dengan Gafatar untuk mengelola tanah milik suku Dayak.

"Karena enggak sanggup sendiri, kami putuskan bubar tahun 2015. Dan kita bentuk kelompok tani Negeri Karunia Tuan Semesta Alam Nusantara yang meleset, dan dianggap kami ingin bentuk negara," ungkapnya.

Sejak saat itu, pemerintah dan masyarakat melakukan penentangan terhadap para eks Gafatar.

Kompas TV Ujung Tanya Vonis Ahok - Berkas Kompas (Bag 3)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Nasional
Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Nasional
MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasional
Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Nasional
Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Nasional
CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

Nasional
Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum 'Move On'

Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum "Move On"

Nasional
CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

Nasional
Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada 'Stabilo KPK'

Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada "Stabilo KPK"

Nasional
CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

Nasional
MK Registrasi 297 Sengketa Pileg 2024

MK Registrasi 297 Sengketa Pileg 2024

Nasional
CSIS: 138 dari 580 Caleg Terpilih di DPR Terasosiasi Dinasti Politik

CSIS: 138 dari 580 Caleg Terpilih di DPR Terasosiasi Dinasti Politik

Nasional
Idrus Marham Dengar Kabar Golkar Dapat 5 Kursi Menteri dari Prabowo

Idrus Marham Dengar Kabar Golkar Dapat 5 Kursi Menteri dari Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com