Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Ketua KPK Sebut Kepala Daerah Rentan Korupsi karena Parpol Tak Punya Kode Etik

Kompas.com - 17/03/2018, 13:56 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menyebut, banyak kasus korupsi oleh kepala daerah dan kader partai politik karena tidak diaturnya code of conduct atau kode etik.

Dengan tak adanya kode etik itu, tak ada standar perilaku yang harus dipatuhi oleh politisi partai tersebut.

"Parpol di Indonesia tidak punya akuntabilitas pengelolaan keuangan partai. Maka yang terjadi sekarang calon kepala daerah bermasalah dicalonkan," ujar Abraham dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (17/3/2018).

Abraham mengatakan, jika partai politik punya kode etik, maka bisa lebih ketat menyaring calon kepala daerah yang akan diusung. Apalagi, mahar politik seolah bukan lagi hal yang tabu. Hal ini disebabkan tak ada akuntabilitas pengelolaan keuangan partai.

"Jadi pengurus partai seenaknya saja melakukan penarikan uang," kata Abraham.

(Baca juga: Sejumlah Pasal Korupsi dalam RKUHP Dinilai Menguntungkan Koruptor)

Oleh karena itu, Abraham mendorong parpol untuk menyusun kode etik masing-masing. Partai harus mrmiliki akuntabilitas pengelolaan keuangan partai. Dengan adanya kode etik, maka proses seleksi dan rekrutmen bisa berjalan semestinya.

"Tanpa adanya rekrutmen dan seleksi yang baik, kita akan terus berpolemik tentang orang-orang bermasalah," kata dia.

Abraham mengatakan, saat dirinya masih memimpin KPK, ada survei yang menyebutkan bahwa 90 persen proses Pilkada tidak berjalan adil. Hanya 10 persen di antaranya yang tidak melakukan permainan, seperti politik uang dan sebagainya.

Ia meminta hal tersebut menjadi perhatian Bawaslu dan KPU. Sebab, jika sistem jujur dan adil yang digadang-gadang dalam sistem demokrasi tak berlaku, maka akan terpilih kepala daerah yang bermasalah dari segi integritas.

"Bagaimana kita mengharapkan pemimpin ini menciptakan pemerintahan yang bersih di daerahnya," kata Abraham.

Abraham juga mengimbau masyarakat lebih cermat dalam memilih calon pemimpin. Jangan hanya melihat sosok calon tersebut di masa-masa kampanye saja.

"Bagaimana men-tracking calon pemimpinnya, lihat masa lalunya," kata Abraham.

Kompas TV KPK bahkan menyatakan sudah ada satu lagi calon kepala daerah yang jadi tersangka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com