Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Seharusnya Tegur Menteri yang Beri Pernyataan Merugikan Pemerintah

Kompas.com - 16/03/2018, 17:09 WIB
Moh Nadlir,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Arbi Sanit mengatakan, Presiden Joko Widodo perlu mengambil sikap atas penyataan para menteri di Kabinet Kerja yang bisa mengancam elekabilitasnya pada Pilpres 2019.

Misalnya, pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto yang meminta KPK menunda penetapan tersangka calon kepala daerah.

"Tegur para menteri, semua menteri jangan ada yang melakukan tindakan bias, kepada peserta pilkada tertentu. Khusus kepada Wiranto, karena suka terhadap bias-bias seperti itu," kata Arbi saat dihubungi, Jumat (16/3/2018).

Baca juga: Wiranto Nilai KPK Bisa Dituduh Politis jika Jerat Calon Kepala Daerah

Menurut Arbi, Jokowi seharusnya bersikap tegas dengan membantah pernyataan yang dilontarkan menterinya jika tidak sesuai dengan semangat pemerintah.

Arbi SanitKOMPAS.com/SABRINA ASRIL Arbi Sanit
"Presiden harus menekankan, membantah. 'Itu bukan (pandangan) pemerintah, itu (pandangan) pribadi'. Lalu, memberi catatan bahwa pemerintah tidak mendukung sikap seperti itu," kata Arbi.

Bumerang untuk Jokowi

Arbi mengatakan, polemik yang timbul di publik saat ini merupakan imbas dari pernyataan Wiranto dan menjadi bumerang bagi pemerintahan Jokowi.

Baca juga: Minta KPK Tunda Proses Hukum Calon Kepala Daerah, Wiranto Tidak Ditegur Jokowi

Menurut dia, Wiranto lupa bahwa posisinya sebagai menteri merupakan bagian dari pemerintah dan bukan sebagai pengurus partai politik.

"Wiranto terbawa arus politik, dia sebagai orang partai, merasa rugi karena banyak calon kepala daerah yang ditangkap KPK," ujar Arbi.

"Proses hukum KPK itu merugikan partai. Padahal posisinya dia ada di kabinet. Semestinya dia netral. Ucapan dia itukan bias partai, jelas sekali, bukan pada posisi pemerintah yang netral," lanjut dia.

Oleh karena itu, Arbi sepakat dengan kritik yang dilontarkan berbagai pihak kepada Wiranto.

"Saya setuju dengan kritik banyak pihak terhadap Wiranto atas pernyataannya seperti itu. Dia tidak berhak mengimbau, dia harus netral. Karena posisinya sebagai bagain daripada pemerintah, penyelenggara negara yang harusnya bediri di semua golongan," kata Arbi.

Baca juga: Minta KPK Tunda Proses Hukum Calon Kepala Daerah, Wiranto Tidak Ditegur Jokowi

Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto diketahui meminta KPK menunda penetapan tersangka calon kepala daerah. Namun, KPK menolak permintaan pemerintah tersebut.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, proses hukum calon kepala daerah harus tetap berjalan meskipun pihak yang tersangkut kasus hukum itu maju sebagai peserta Pilkada 2018.

Sebagai langkah lanjutan, KPK mengusulkan pemerintah membuat perppu yang memberikan jalan agar partai politik mengganti calon kepala daerah yang ditetapkan sebagai tersangka.

KPK beralasan, Perppu perlu diterbitkan pemerintah. Sebab, dengan aturan saat ini, calon kepala daerah tetap bisa bertarung dalam pilkada, bahkan bisa dilantik sebagai kepala daerah meski statusnya tersangka kasus korupsi.

Dengan adanya ketentuan partai politik bisa mengganti calon kepala daerah berstatus tersangka, rakyat akan diuntungkan.

Kompas TV Sebelumnya, Menkopolhukam Wiranto meminta KPK menunda penetapan tersengka calon kepala daerah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com