JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei CIGI-Ipsos 2016 menunjukkan, sebanyak 65 persen dari 132 juta pengguna internet di Indonesia percaya dengan kebenaran informasi di dunia maya tanpa cek dan ricek.
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, fenomena tersebut terjadi karena peningkatan pengguna internet belum dibarengi dengan peningkatan literasi digital.
Akibatnya, penyebaran konten negatif seperti ujaran kebencian, berita bohong, perundungan, radikalisme dan pornografi menjadi ancaman besar saat ini.
(Baca juga : Terungkapnya Saracen Seharusnya Bikin Pengguna Internet Waspadai Informasi Dunia Maya)
Melihat fenomena tersebut, pemerintah berupaya menggandeng berbagai komunitas dalam mengupayakan literasi digital di tengah masyarakat.
Program yang saat ini tengah berjalan salah satunya adalah Siber Kreasi.
"Di hulu kami lakukan gerakan literasi digital dan kami banyak ajak teman-teman (komunitas) untuk bekerja sama. Kami adakan pendampingan. Sudah 60 organisasi yang bergabung di Siber Kreasi. Di hilir kami lakukan penegakan hukumnya bersama dengan pihak kepolisian," kata Semuel saat menjadi pembicara dalam penutupan rangkaian pelatihan '#1nDONEsia: Cerdas Bermedia Sosial' yang digagas oleh YouTube Creators for Change dan Maarif Institute, di UOB Plaza, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017).
Melalui program tersebut pemerintah dan komunitas masyarakat menyosialisasikan literasi digital ke berbagai sektor terutama pendidikan, antara lain, mendorong dimasukkannya materi literasi digital ke dalam kurikulum formal.
(Baca juga : 65 Persen Pengguna Internet Percaya Mentah-mentah Informasi Dunia Maya)
Gerakan ini juga mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Maarif Institute Muhammad Abdullah Darraz mengatakan perlu adanya upaya untuk membangun kesadaran kritis di kalangan generasi muda pengguna internet terhadap konten-konten negatif yang menyebar di media sosial.
Selain itu, ia juga menekankan soal pentingnya internalisasi nilai-nilai utama bangsa Indonesia yakni kebhinekaan dan toleransi.
"Dua hal itu signifikan, menyiapkan generasi muda dalam menghadapi ancaman konten negatif, ujaran kebencian, hoax dan paham radikalisme di internet," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.