Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jokowi, Deg-degan Disopiri Putra Mahkota Uni Emirat Arab 200 Km Per Jam

Kompas.com - 16/11/2017, 12:56 WIB
Ihsanuddin

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo bercerita tentang pengalamannya sewaktu berkunjung ke Uni Emirat Arab. Jokowi mengatakan mendapat sambutan istimewa.

Bahkan, dia disopiri Putra Mahkota Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan menggunakan mobil mewah tanpa pengawalan.

Cerita ini disampaikan Jokowi saat bersilaturahim dengan pengurus Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/11/2017).

"Saya waktu ke Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed menjemput saya di depan pintu pesawat, tetapi langsung dengan mobil beliau sendiri, disetiri beliau sendiri," kata Jokowi disambut tepuk tangan hadirin.

Jokowi mengatakan, mulanya ada seorang anggota Pasukan Pengamanan Presiden yang hendak ikut naik mobil. Namun, Paspampres tersebut tak dibolehkan naik. Apalagi, tak ada juga yang mengawal Sheikh Mohammed.

"Jadi, saya hanya berdua dengan Sheikh Mohammed, orang paling kaya di dunia," ucap Jokowi.

(Baca juga: Saat Presiden Jokowi Mengaku Kelelahan...)

Pemandangan Kota Dubai, Uni Emirat Arab, diambil dari lantai atas Gedung Burj Khalifa, Selasa (16/5/2017). Bangunan dengan ketinggian mencapai 828 meter itu memiliki dek observasi tertinggi di dunia yang dapat melihat pemandangan Dubai secara 360 derajat.AFP PHOTO / GIUSEPPE CACACE Pemandangan Kota Dubai, Uni Emirat Arab, diambil dari lantai atas Gedung Burj Khalifa, Selasa (16/5/2017). Bangunan dengan ketinggian mencapai 828 meter itu memiliki dek observasi tertinggi di dunia yang dapat melihat pemandangan Dubai secara 360 derajat.
Sheikh Mohammed lalu membawa mobil tersebut ke sebuah restoran. Namun, Jokowi deg-degan karena Sheikh Mohammed mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kecepatannya lebih dari 200 kilometer. Saya sudah, waduh, ini benar-benar ini, pinter nyetir atau enggak, saya enggak ngerti," kata Jokowi disambut tawa hadirin.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga penasaran dengan merek mobil yang ia tumpangi bersama Sheikh Mohammed. Sebab, ia tak melihat merek apa pun yang terpampang di mobil tersebut.

"Saya cari-cari mereknya, biasanya ada, ini enggak ada. Enggak tahu pesannya di mana juga.  Lihat-lihat dari brand-nya apa, saya mau tanya juga gengsi," kata Jokowi.

(Baca juga: Uni Emirat Arab Minta Perlindungan Investasi ke Jokowi)

Pemandangan gedung-gedung di Kota Dubai dilihat dari lantai 148 Gedung Burj Khalifa, Dubai, Uni Emirates Arab, Kamis (27/10/2017). Burj Khalifa memiliki tinggi 868 meter atau 2.717 meter di atas permukaan laut. Tinggi Burj Khalifa sendiri dua kali lipat Menara Eiffel, Paris dan lebih tinggi dari Gunung Bromo bila diukur dari permukaan laut.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pemandangan gedung-gedung di Kota Dubai dilihat dari lantai 148 Gedung Burj Khalifa, Dubai, Uni Emirates Arab, Kamis (27/10/2017). Burj Khalifa memiliki tinggi 868 meter atau 2.717 meter di atas permukaan laut. Tinggi Burj Khalifa sendiri dua kali lipat Menara Eiffel, Paris dan lebih tinggi dari Gunung Bromo bila diukur dari permukaan laut.
Jokowi mengaku berdiskusi banyak hal dengan Sheikh Mohammed, terutama mengenai cara Uni Emirat Arab bisa menjadi negara yang maju.

Sheikh Mohammed menjelaskan bahwa pada 1960-an, transportasi di negaranya dari Dubai ke Abu Dhabi masih menggunakan unta. Tahun 1970-an juga transportasinya masih menggunakan truk.

Namun, menginjak tahun 1975 sampai 1980-an Uni Emirat Arab berkembang begitu cepat. Itu karena mereka menerapkan asas keterbukaan dan efisiensi.

"Beliau menarik begitu banyak ekspatriat dari luar. Agar apa, agar, 'Lihat, saya belajar dari mereka apa pun, mereka lebih berpengalaman. Tetapi, pada tahun-tahun ini, hampir 75 persen diambil alih orang-orang kita sendiri'," kata Jokowi menirukan penjelasan Sheikh Mohammed.

"Artinya apa? Pemikiran yang besar seperti itu juga memang harus kita miliki. Ada suatu saat kita belajar, ada suatu saat kita mengambil alih," ucap Jokowi.

Kompas TV Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo tengah berada di Vietnam untuk menghadiri KTT Ke-25.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com