Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manuver Pengacara Setya Novanto Dianggap Berlebihan

Kompas.com - 13/11/2017, 16:10 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus menganggap Fredrich Yunato terlalu berlebihan memainkan perannya sebagai pengacara Ketua DPR RI Setya Novanto.

Salah satunya, kata dia, dari sikap Fredrich yang mengarahkan Novanto untuk tidak memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan alasan harus meminta izin tertulis dari Presiden Joko Widodo.

Baca juga : Pimpinan KPK Tak Masalah jika Novanto Minta Perlindungan Presiden

Bahkan, Fredrich menyebut KPK tidak patuh hukum dan berpotensi memecah bangsa dengan memanggil Novanto.

"Hal itu sebagai sangat berlebihan. Ini jelas-jelas mendewa-dewakan Setya Novanto sebagai sosok yang memiliki kharisma pemersatu bangsa yang jika dipanggil KPK maka bangsa ini akan terpecah-belah," ujar Petrus melalui keterangan tertulis, Senin (13/11/2017).

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus (kiri) dan sejumlah korban kerusuhan 27 Juli 1996 mendatangi Bareskrim Polri, Senin (29/6/2015), untuk menanyakan berkas Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai tersangka.Fabian Januarius Kuwado/KOMPAS.com Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus (kiri) dan sejumlah korban kerusuhan 27 Juli 1996 mendatangi Bareskrim Polri, Senin (29/6/2015), untuk menanyakan berkas Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai tersangka.
Petrus menilai, Fredrich menunjukkan sikap yang sudah ke luar konteks pokok perkara, yakni pertanggungjawaban hukum terhadap Novanto.

Sebagai penyelenggara negara, Novanto wajib menjalani proses hukum tanpa terkecuali.

Baca: Dihujani Kritik, Pengacara Novanto Sebut Advokat Wajib Lindungi Kliennya

Advokat anggota Peradi itu, mengatakan, Fredrich seharusnya membangun komunikasi secara etik dan santun dengan KPK agar suasananya menjadi kondusif.

Namun, Fredrich justru membawa nama Presiden untuk melindungi kliennya dan melaporkan dua pimpinan KPK ke polisi karena penetapan Novanto sebagai tersangka.

"Fredrich tanpa tedeng aling-aling hendak menyeret banyak institusi negara untuk melindungi Setya Novanto, dari Presiden, TNI, Polri dan bahkan persatuan bangsapun dipertaruhkan. Emang siapa dia Setya Novanto itu?" kata Petrus.

Sikap tersebut dinilainya tak hanya menjerumuskan Novanto lebih dalam, tetapi juga menjerumuskan Fredrich sebagai advokat.

Baca: Ketua MPR Enggan Tanggapi Soal Novanto dari Sisi Etik

"Sikap dan perilakunya menolak panggilan KPK jelas dapat dikualifikasi sebagai kejahatan korupsi dan merendahkan profesi Advokat karena melanggar sumpah profesi Advokat yang dalam menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi hukum," kata dia.

Tanggapan Fredrich

Sementara itu, Fredrich menganggap apa yang dia lakukan terhadap kliemnya merupakan hal yang wajar.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com