Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Persidangan, Jaksa KPK Konfirmasi "E-mail" Penjelasan Peran Novanto dan Skandal E-KTP

Kompas.com - 25/09/2017, 16:38 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan lima saksi dalam sidang kasus dugaan korupsi pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (25/9/2017).

Dalam persidangan, jaksa KPK mengonfirmasi salah satu barang bukti berupa e-mail yang pernah dikirim dan diterima sejumlah pengusaha dalam proyek e-KTP.

E-mail
tersebut berisi penjelasan peran Setya Novanto dan adanya skandal korupsi dalam proyek senilai Rp 5,9 triliun itu.

"Ini e-mail kepada Mayus Bangun, Agus, Eko, Quadra, Indi, Suwandi, Irvanto Hendra," ujar Jaksa KPK Taufiq Ibnugroho saat membacakan isi e-mail.

Baca: KPK: Kami Masih Percaya kalau Novanto Sakit

Menurut Taufiq, di dalam e-mail tersebut dijelaskan bahwa setelah lelang secara resmi diumumkan, kerja sama antara Konsorsium Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) dan Astragraphia tetap berjalan walaupun seharusnya kedua perusahaan saling bersaing dalam kompetisi yang sehat.

"Kompetisi diganti komisi, itulah kenyataannya," ujar Taufiq saat membacakan isi e-mail.

Dalam proyek e-KTP, pengusaha Andi Narogong diduga membuat tiga konsorsium yakni, Konsorsium Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), Konsorsium Astragraphia, dan Konsorsium Murakabi Sejahtera, untuk mengikuti lelang proyek e-KTP.

Namun, sudah ditentukan sejak awal bahwa PNRI yang akan menjadi pemenang, sedangkan dua perusahaan lainnya hanya menjadi pendamping lelang.

Baca: KPK Sebut Dua Alat Bukti Keterlibatan Novanto Didapat Sejak Penyelidikan

"Inilah tender arisan berskala besar, mega kolusi, mega korupsi. Konsorsium Murakabi walaupun nantinya kalah, terlihat menyandang nama Setya Novanto, Bendahara Golkar yang terdeteksi lewat iparnya Irvanto Hendra. Sampai di manakah peranan orang kuat Setya Novanto ini?" ujar Taufiq saat melanjutkan membaca isi e-mail.

Menurut Taufiq, di bagian bawah e-mail dilampirkan penjelasan mengenai nama-nama yang disebutkan sebelumnya.

Dalam lampiran tersebut dijelaskan bahwa Setyo Suhartanto adalah karyawan PNRI.

Mayus Bangun dari Astragraphia, Agus Eko Priyadi dari PNRI, Indi dari Quadra (PT Quadra solutions), Suwandi dari penyedia Hewlett Packard, dan Irvanto Hendra sebagai kerabat Setya Novanto dari Murakabi.

Meski demikian, para saksi yang hadir dalam persidangan mengatakan tidak mengetahui perihal email tersebut. Salah satunya, Willy Nusantara Najoan, dari PT Quadra Solutions.

"Saya tidak merasa e-mail ini disita dari saya Pak. Itu mungkin disita dari perusahaan, maksudnya sebagai belonging pribadi saya, itu saya tidak merasa, dan saya tidak pernah apakah ada nama saya di e-mail itu," kata Willy kepada jaksa KPK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com