Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla Heran Bantuan untuk Rohingya Dianggap Pencitraan

Kompas.com - 19/09/2017, 08:20 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah bahwa bantuan kemanusiaan yang diberikan Pemerintah Indonesia untuk etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar, adalah pencitraan.

Hal itu disampaikan Kalla, di Amerika Serikat, seperti dalam rekaman yang diperoleh Kompas.com, dari Biro Pers Wapres, Selasa (19/9/2017). 

"Itu bukan untuk pencitraan. Pemerintah selalu berbuat dan selalu ingin tindakan-tindakan yang baik juga diketahui oleh rakyat, semacam pertanggungjawaban," kata Kalla.

Menurut Kalla, dalam beberapa kasus lainnya, pemerintah juga aktif mengirimkan bantuan negara-negara lain yang membutuhkan misalnya ke Afganistan.

Baca: Prabowo Sebut Bantuan Indonesia untuk Rohingya Hanya Pencitraan Jokowi

"Waktu Afghanistan, Pakistan, itu bukan untuk pencitraan," kata Kalla.

Oleh karena itu, ia heran jika ada yang menganggap langkah pemerintah memberikan bantuan untuk Rohingya adalah sebuah pencitraan.

"Kalau kita diam-diam saja begitu kan nanti apa. Ini serba salah, diam-diam dikritik, terbuka juga dikritik. Itu juga di Indonesia penting kritikan seperti itu, agar pemerintah bisa kerja proporsional, tidak berlebihan. Tapi dalam kasus ini bukan pencitraan," papar Kalla.

Prabowo anggap pemerintah pencitraan

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menganggap bantuan kemanusiaan yang diberikan Indonesia untuk warga etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar adalah bentuk pencitraan Presiden Joko Widodo.

"Kalaupun kita sekarang kirim bantuan menurut saya itu pencitraan. Kirim bantuan pun tak sampai kadang-kadang. Jadi saudara-saudara di sini saya harus kasih tahu supaya tidak emosional," kata Prabowo di Bundaran Patung Kuda, Jakarta, Sabtu (16/9/2017).

Baca: Golkar Anggap Prabowo Sengaja Manfaatkan Isu Rohingya

Padahal, menurut Prabowo, langkah yang bisa dilakukan Pemerintah untuk membantu Rohingya adalah dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani di dunia.

"Percaya sama saya, kalau kita kuat kaum Rohingya kita bantu, kita beresin. Kita harus kuat untuk bantu orang lemah, tidak bisa lemah bantu lemah, miskin bantu miskin," tambah dia.

Merespons pernyataan Prabowo, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, Idrus Marham, mengaku geram.

"Jadi saya kira itu kritik Prabowo tidak pada tempatnya. Apalagi ini bantuan kemanusiaan," kata Idrus di kantor DPP Golkar, Jakarta, Senin (18/9/2017).

Ia pun heran dengan sikap Prabowo yang justru terkesan hanya bicara, tetapi tidak bertindak layaknya seperti yang telah dilakukan pemerintah.

"Kita heran kalau ada yang mengkritisi. Jadi harusnya tidak sekedar memberi pernyataan," kata Idrus.

Baca: Politisi Gerindra Nilai Jokowi Harusnya Datang Langsung Bantu Rohingya

Seharusnya, kata Idrus, apa yang dilakukan pemerintah untuk membantu pengungsi Rohingya tersebut diikuti dan ditindaklanjuti oleh semua pihak, termasuk Prabowo.

"Itu harus dicontoh siapa pun, tidak hanya Prabowo, untuk semua. Harusnya itu ditindaklanjuti sebagai sebuah gerakan, yang harus didukung untuk Rohingya," ucap Idrus.

Kompas TV Para pengungsi Rohingya tak memiliki pilihan yang laik untuk mengungsi di Banglades.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Nasional
Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

Nasional
Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com