Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat "Presidential Threshold" Dinilai Tak Terkait Kualitas Demokrasi

Kompas.com - 31/07/2017, 08:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, menilai bahwa tidak ada kaitannya ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold dengan peningkatan atau penurunan kualitas demokrasi di Indonesia.

"Tidak ada urusannya presidential threshold dengan peningkatan kualitas atau penurunan demokrasi. Bukan itu tolok ukurnya," kata Arie di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (30/7/2017).

Presidential threshold dalam Undang-Undang Pemilu yang baru disahkan pada 21 Juli 2017 dini hari itu menjadi sorotan karena menimbulkan dinamika politik di DPR.

Dalam rapat paripurna yang mengesahkan UU Pemilu, empat fraksi menyatakan walk out karena tidak setuju dengan aturan presidential threshold 20 persen perolehan kursi parlemen atau 25 persen suara nasional berdasarkan hasil Pemilu 2014.

Pengesahan UU Pemilu itu juga memicu pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Menurut Demokrat dan Gerindra, ketentuan presidential threshold melanggar prinsip keserentakan pada Pemilu 2019.

(Baca: SBY Akui Pertemuan dengan Prabowo Dipicu Pengesahan UU Pemilu)

Namun, Arie memprediksi pertemuan Prabowo dengan SBY hanya diisi pembicaraan yang di dalamnya penuh dengan kepentingan politik.

"Apa yang keduanya bicarakan itu hanya untuk menang pada pemilu 2019. Itu saja," kata Arie.

Begitu juga dengan pembelaan yang dilakukan pemerintah selama ini yang menegaskan bahwa jika tidak ada ambang batas, maka kualitas demokrasi akan menurun dari pemilu sebelumnya.

(Baca juga: Tjahjo: Sudah 2 Kali Pilpres, Kenapa Sekarang "Presidential Threshold" Dibahas?)

Arie menilai bahwa retorika yang disampaikan pemerintah juga tidak masuk akal.

"Kalau ditanya, apa kaitannya, silakan tanya mereka dan saya yakin, mereka tidak dapat menjawab hal itu secara masuk akal," ucapnya.

Arie melanjutkan, baik pemerintah maupun fraksi-fraksi yang menolak adanya presidential threshold, diharapkan lebih memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dibanding memperdebatkan permasalahan yang tidak baru.

Bukan tanpa alasan, Pemilu 2019 dinilai akan lebih rumit bagi masyarakat untuk memilih. Sebab, masyarakat harus mencoblos anggota legislatif DPR, DPRD, DPD dan juga pasangan calon presiden.

"UU Pemilu, sudah disahkan dan digugat ke MK. Lebih baik memikirkan hal lain seperti pendidikan pemilih. Di situ, akan terlihat kualitas demokrasi yang sebenarnya," kata dia.

(Amriyono Prakoso/Tribunnews)

***
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: "Persoalan Presidential Threshold Hanya Untuk Menang Pemilu 2019"

Kompas TV UU Pemilu Buka Peluang Calon Tunggal Pilpres 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com