Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SK Pencabutan Pabrik Semen di Rembang Dianggap Multitafsir

Kompas.com - 17/01/2017, 20:24 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan langsung menanggapi polemik pembangunan pabrik PT Semen Indonesia (PT SI) di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Presiden diharapkan bisa langsung menghentikan pembangunan pabrik semen itu. 

Sekretaris Jenderal KPA Dewi Kartika mengatakan, surat keputusan (SK) mengenai pencabutan izin operasi pabrik PT SI yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menimbulkan penafsiran bercabang.

Pada poin pertama disebutkan bahwa SK Gubernur Nomor 6601/4 tahun 2017 tertanggal 16 Januari 2017 membatalkan SK Gubernur Nomor 660.1/30 tahun 2016 tertanggal 9 November 2016 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan Baku dan Pembangunan serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Pada poin kedua, SK tersebut juga memerintahkan PT SI untuk menyempurnakan dokumen adendum analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dan rencana pengelolaan lingkungan/rencana pemantauan lingkungan (RKL-RPL).

(Baca: Tak Puas, Warga Rembang Dirikan Tenda di Depan Kantor Gubernur Jateng)

Menurut Dewi, memberi kesempatan PT SI untuk membenahi dokumen perizinan itu sama saja membuka peluang dilanjutkannya pembangunan pabrik tersebut.

"Pernyataan Ganjar jelas bersayap, seolah sebagai Gubernur sudah mematuhi putusan Mahkamah Agung, tetapi terus menyusun strategi dan bersiasat agar pembangunan pabrik PT Semen Indonesia terus berjalan. Di sisi lain, ia kemudian mengarahkan bahwa 'bola panasnya' ke pihak perusahaan, dengan tetap memberi ruang kepada perusahaan untuk melengkapi persyaratan dokumen setelah keputusan ini keluar," kata Dewi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/1/2017).

Dewi menilai, adanya SK yang dikeluarkan Gandjar memunculkan fakta bahwa di kalangan pemerintah juga terjadi multitafsir terhadap putusan MA.

Oleh karena itu, menurut Dewi, sedianya Presiden selaku kepala pemerintahan segera memanggil Gubernur Jawa Tengah, Ketua MA, Kepala KSP, dan Menteri KLHK untuk membicarakan putusan MA dan SK yang dikeluarkan Ganjar.

(Baca: Ganjar Pranowo Bantah Terbitkan Izin Baru Pabrik Semen Rembang)

"Agar memutus rantai kesimpangsiuran tafsir tersebut, sekaligus menertibkan aparat di bawahnya," kata Dewi.

Selain itu, lanjut Dewi, semestinya Presiden juga memerintahkan Gubernur dan kementerian terkait untuk menghentikan operasi penambangan dan pembangunan pabrik semen. 

Menurut Dewi, jika Presiden Jokowi tidak bersikap, maka hal itu akan menjadi preseden buruk. Terlebih lagi, kasus pendirian pabrik semen di Rembang ini sempat dibicarakan oleh Istana. 

"Sedulur Kendeng telah ditemui Presiden, dan telah ada kesepakatan politik untuk segera diselesaikan. Sayangnya kami saksikan justru seorang gubernur bisa leluasa bersiasat terus dan mengakibatkan penyelesaian kasus yang diminta Presiden menjadi berlarut," ujarnya.

(Baca: Muncul Izin Pabrik Semen Baru, Warga Rembang Merasa Dipermainkan)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com