Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu Retno Usulkan Metode Baru pada Pasukan Perdamaian PBB

Kompas.com - 26/11/2016, 06:33 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong pencegahan pelanggaran yang terjadi di daerah konflik. Termasuk kekerasan seksual yang dilakukan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hal itu disampaikan Retno dalam paparannya pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) MIKTA ke-8.

Retno mengusulkan penggunaan metode baru seperti pendekatan kepada komunitas lokal dan penggunaan teknologi sebagai elemen penting yang harus dimiliki Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.

“Pasukan penjaga perdamaian harus senantiasa memenangkan hati dan pikiran komunitas di daerah konflik, oleh karena pendekatan-pendekatan yang outside the box dan innovative perlu terus dikembangkan," kata Retno di Sydney, Australia, melalui keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri, Jumat (25/11/2016).

Lebih lanjut, Retno meyampaikan pentingnya agar kapasitas dan response time pasukan penjaga perdamaian dari Negara MIKTA terus di tingkatkan.

Terkait hal itu, Retno menawarkan penggunaan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) di Sentul sebagai center of excellence dalam peningkatan kapasitas pasukan penjaga perdamaian dari MIKTA.

“Kita harus pastikan pasukan penjaga perdamaian dari MIKTA memiliki kemampuan dan perlengkapan yang tinggi," ujar Retno.

Pada kesempatan ini, Retno juga menyampaikan kembali permintaan dukungan bagi Indonesia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB 2019-2020.

“Indonesia telah memiliki pengalaman dan keterlibatan aktif dalam menjaga perdamaian dan keamanan global," ucap Retno.

PTM MIKTA menyepakati Komunike Bersama yang menekankan komitmen MIKTA untuk berkontribusi secara aktif dan inovatif dalam penyelesaian berbagai tantangan global.

Diantaranya terkait dengan radikalisme dan terorisme, migrasi, pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim, serta peneggunaan teknologi dan inovasi dalam pengambilan kebijakan publik.

Para Menlu juga menekankan pentingnya kerja sama yang lebih erat dalam upaya mendorong peningkatan inovasi dan kapasitas diplomat serta perdagangan dan investasi di Negara-negara MIKTA.

MIKTA merupakan Foreign Minister-level initiative yang dibentuk di antara pertemuan ke-68 Majelis Umum PBB pada 17 September 2013 lalu.

Perkumpulan informal lima negara berkembang itu, Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, Australia, telah berlangsung sebanyak 8 kali.

Pertemuan kali ini merupakan undangan dari Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop setelah sebelumnya para Menlu bertemu dalam forum dialog singkat bertema kemanusiaan di sela-sela Sidang Umum PBB ke-71, tanggal 22 September 2016 di New York.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com