Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melalui Hukuman Mati, Pemerintah Dinilai Jadi Fasilitator Kekerasan di Masyarakat

Kompas.com - 02/08/2016, 12:11 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Sosiologi Robertus Robet berpendapat, penerapan hukuman mati justru mempertegas budaya kekerasan yang ada di masyarakat.

Menurut Robet, pemerintah telah menjadi fasilitator kekerasan bagi masyarakat dengan tetap menerapkan hukuman mati.

"Penerapan hukuman mati bisa mereproduksi kultur kekerasan yang ada di masyarakat. Dengan begitu maka pemerintah memainkan fungsi sebagai fasilitator kekerasan sosial," ujar Robet, saat dihubungi, Selasa (2/8/2016).

Robet menjelaskan, kebijakan eksekusi mati telah mengubah kekerasan struktural yang ada di masyarakat menjadi kekerasan yang bersifat hukum.

Artinya, hukuman mati merupakan bentuk legal dari kultur kekerasan di masyarakat.

"Kekerasan struktural diubah menjadi kekerasan legal dan difasilitasi oleh negara. Tidak diubah tapi justru malah dilegalkan melalui hukuman mati," ujar Robet.

Ia mengatakan, indikasi kekerasan di seluruh elemen masyarakat terlihat dari maraknya konflik horizontal yang belakangan terjadi. 

"Pernyataan mata ganti mata atau perusakan rumah ibadah itu kan keadilan jalanan," kata Robet.

Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti hukum dari Institute for Criminal Justice Reform (ICJR), Erasmus Napitupulu.

Bagi Erasmus, hukuman mati merupakan bentuk dari judicial killing. Pemerintah dianggap melakukan pembunuhan atas nama keadilan yang dasarnya dinilai belum jelas.

Menurut dia, dengan melakukan eksekusi mati, pemerintah telah mengajarkan masyarakat menyalurkan emosinya dengan cara negatif.

"Hukuman mati mengajarkan kultur kekerasan kepada masyarakat. Model pidana seperti eksekusi mati, hukuman kebiri, dan cambuk diartikan negara sedang menggali kuburnya sendiri," ujar Erasmus saat ditemui di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (31/7/2016).

Erasmus menjelaskan, ketika negara menggunakan kekerasan, secara otomatis akan memengaruhi seluruh elemen masyarakat. 

"Logika masyarakat kita menjadi terombang-ambing. Logika itu jelas salah, menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah," ujar Erasmus. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com