JAKARTA, KOMPAS.com - Banyaknya kasus yang ditangani Bareskrim Polri dianggap tak sebanding dengan jumlah penyidik yang ada. Belum selesai penanganan perkara lama, muncul lagi perkara baru.
Penumpukan kasus ini membuat Bareskrim Polri terkesan lama membuat pergerakan.
Hal tersebut diamini oleh Kepala Bareskrim Polri Irjen Pol Ari Dono Sukmanto. Menurut dia, sumber daya manusia untuk penanganan perkara masih terbilang kurang baik dari segi jumlah maupun kemampuan.
"Untuk mempercepat penyelesaian perkara sekaligus bisa melatih penyidik-penyidik, kami coba dengan menarik penyidik-penyidik daerah untuk kami berikan pelatihan sekalian menyelesaikan kasus-kasus tunggakan secara bertahap, berjenjang," ujar Ari saat ditemui di ruangannya, Selasa (7/6/2016).
Saat ini, penyidik di Bareskrim jumlahnya sekitar 1.000 orang. Namun, Ari tidak dapat menentukan jumlah ideal penyidik karena banyaknya kasus yang ditangani.
Dengan cara menarik sumber daya manusia dari daerah, ketika penyidik itu kembali ke daerah masing-masing, ilmu reserse mereka bertambah. Kasus di Bareskrim Polri pun bisa lebih cepat selesai.
"Jadi target kami untuk menuntaskan perkara yakni mendatangkan penyidik-penyidik daerah di Polda, Polres, sampai Polsek," kata dia.
Selain itu, Bareskrim Polri juga menggodok sertifikasi penyidik. Hal ini, kata Ari, sejalan dengan keinginan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti. Jadi, tak hanya kaya dari segi jumlah, penyidik pun kaya dengan pengetahuan.
Oleh karena itu, kata Ari, pihaknya sedang dalam proses membentuk para asesor untuk mendidik para penyidik.
"Kami utamakan di Mabes Polri dulu. Dari Mabes, kami latih pelatih di wilayah lagi," ucap Ari.
Dengan adanya rencana-rencana tersebut, tentu membutuhkan anggaran yang lebih besar dari yang sekarang. Pengajuan anggaran sudah dilakukan. Ari berharap tahun depan anggaran untuk pelatihan asesor bisa cair.
"Sebenarnya anggaran itu ya sewa gedung (untuk pelatihan). Gedung kami itu kecil," kata Ari.