Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Saidiman Ahmad
Peneliti Politik dan Kebijakan Publik

Peneliti Politik dan Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting; Alumnus Crawford School of Public Policy, Australian National University.

Munaslub Golkar dan Masalah Finansial Partai

Kompas.com - 10/05/2016, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golongan Karya akan digelar pada 15 Mei 2016. Bagi Golkar, Munas kali ini adalah momentum penting untuk mengembalikan soliditas partai yang sempat retak akibat dualisme kepemimpinan.

Dualisme kepemimpinan itu mengganggu keterlibatan Golkar dalam kegiatan-kegiatan politik nasional dan daerah, terutama Pilkada serentak tahun 2015 lalu. Pada tingkat akar rumput, konflik ini juga potensial menggerogoti kepercayaan publik pada partai beringin.

Karena itu, selain untuk mengembalikan persatuan elite partai, Munas jadi momentum memulihkan kepercayaan publik. Pada intinya, Munas ini diharapkan menjadi momen kebangkitan partai Golkar.

Moment Kebangkitan

Saat ini partai politik dihadapkan pada situasi yang kurang menguntungkan terkait dengan pandangan umum masyarakat yang cenderung sinis dan kritis. Walaupun partai politik adalah pilar utama demokrasi modern, namun dalam banyak survei, prestasinya di mata publik kurang cemerlang, bahkan menjadi lembaga politik terburuk di mata masyarakat.

Persepsi mengenai partai politik sebagai sarang korupsi, politik uang, mafia, dan seterusnya cukup kuat disuarakan oleh para aktivis, media, dan umumnya masyarakat kritis.

Banyak kalangan yang kemudian berupaya mendorong agar partai politik lebih akuntabel, transparan, dan demokratis. Bagi mereka, tanpa adanya pembenahan serius di tubuh partai, maka gerakan emoh partai akan semakin besar, yang pada ujungnya bisa mengendorkan partisipasi publik dalam demokrasi.

Yang menarik, di tengah semangat kebangkitan kembali itu, muncul gagasan tentang kewajiban menyumbang 1 milyar rupiah bagi para anggota yang ingin mendaftar sebagai kandidat ketua umum.

Aturan ini lumayan menyita perhatian media dan masyarakat. Kontroversi tidak hanya muncul di luar partai, tapi juga di internal partai Golkar sendiri. Salah satu kandidat ketua umum, Syahrul Yasin Limpo, bahkan mendeklarasikan penolakan terbuka pada gagasan sumbangan itu.

Dalam keterangannya, Limpo berkukuh tidak akan menyumbang satu sen pun pada pencalonannya karena dirinya adalah anggota Golkar yang mengabdi pada partai itu sejak awal karir politiknya di tingkat desa.

Penolakan serupa juga disuarakan oleh mantan Ketua Umum Golkar, Akbar Tanjung. Akbar menilai sumbangan 1 Milyar itu bisa menjadi preseden buruk bagi partai sampai ke level terendah.

Sangat mungkin cabang dan ranting partai juga akan memberlakukan kewajiban serupa pada pemilihan tingkat lokal. Sebagai jalan keluar, Akbar mengusulkan akan tempat acara diganti menyesuaikan kondisi budget panitia.

Panitia sendiri menyatakan bahwa sumbangan 1 milyar rupiah masing-masing kandidat itu akan digunakan untuk penyelenggaraan Munas.

Walaupun panitia dan pengurus DPP Golkar kemudian mengubah level sumbangan dari wajib menjadi sukarela, perbincangan mengenai sumbangan 1 milyar rupiah tiap kandidat itu sudah terlanjur bergulir.

Debat publik yang muncul sejauh ini adalah tentang ranah etis dari gagasan sumbangan kandidat tersebut. Ada kekhawatiran akan semakin memburuknya persepsi publik mengenai partai politik, terutama pada Golkar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com