Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla Ingatkan Aburizal, Munas Golkar Harus Libatkan Agung Laksono

Kompas.com - 21/01/2016, 04:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com- Ketua Tim Transisi Penyelesaian Konflik Internal Partai Golkar, yang juga Wakil Presiden Jusuf Kalla, mengatakan, pihaknya menolak jika Musyawarah Nasional Partai Golkar hanya dimonopoli oleh Partai Golkar hasil Munas Bali pimpinan Aburizal Bakrie.

"Tidak, tidak (Aburizal Bakrie), tetapi Riau (hasil Munas Riau). Di Riau, kan, selain ada Aburizal, juga ada Agung (Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar hasil Munas Riau). Jadi, Agung juga harus ikut (kepanitian munas)," ujar Kalla kepada pers, saat ditanya apakah panitia Munas Golkar akan didominasi kubu Aburizal, setibanya di Base Operation Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (20/1) petang.

Menurut Kalla, kepanitiaan Munas Partai Golkar juga tidak dilakukan oleh Tim Transisi.

"Tentunya juga yang menyelenggarakan munas adalah Golkar hasil Munas Riau. Itu lebih tepat," katanya.

Menyinggung kemungkinan digelar terlebih dahulu Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar baru Munas Golkar, Kalla mengatakan tidak apa- apa.

"Yang penting, ujung-ujungnya persatuan dan munas bersama," ucap Kalla.

Namun, Kalla meminta waktu pelaksanaan Rampinas yang dijadwalkan pada 23 Januari mendatang, perlu dibicarakan kembali.

"DPD-DPD (dewan pimpinan daerah) harus diselesaikan juga, sehingga butuh waktu," lanjutnya.

Sebelumnya, Aburizal Bakrie yang ditanya pers, seusai bertemu Kalla di kediaman dinasnya, Selasa (19/1/2016) malam, mengatakan, sebelum Munas Golkar, akan digelar terlebih dahulu rapimnas pada Sabtu mendatang.

Islah PPP

Sementara itu, terkait islah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sejauh ini masih terus diupayakan.

Namun, hingga Rabu, belum ada kesepakatan mengenai mekanisme yang akan ditempuh untuk melakukan islah.

Usulan pelaksanaan muktamar sebagai ajang islah yang digagas pengurus DPP PPP hasil Muktamar Bandung tahun 2011 juga belum disepakati semua kelompok atau faksi di internal PPP.

Dalam diskusi Muktamar Menuju Islah, di Jakarta, kemarin, Wakil Ketua Umum DPP PPP hasil Muktamar Jakarta Epyardi Asda menyampaikan keberatan dengan wacana pelaksanaan muktamar oleh pengurus DPP PPP hasil Muktamar Bandung.

Alasannya, masa kerja pengurus DPP PPP hasil Muktamar Bandung sudah kedaluwarsa.

"Saya mendukung islah. Mekanismenya seperti apa, ini yang harus didiskusikan, perlu duduk bersama," ujarnya.

Pasca pencabutan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang Pengesahan Kepengurusan DPP PPP Hasil Muktamar Surabaya, kepengurusan hasil Muktamar Bandung langsung mengambil alih kepemimpinan partai.

Para pengurus Muktamar Bandung pun mengangkat Emron Pangkapi sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP. Pasalnya, Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali masih menjalani proses hukum.

Adapun posisi Sekretaris Jenderal diduduki Romahurmuziy, Ketua Umum PPP hasil Muktamar Surabaya. (NTA/HAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Belum Lirik Sandiaga, PKB Masih Prioritaskan Marzuki Mustamar untuk Pilkada Jatim

Belum Lirik Sandiaga, PKB Masih Prioritaskan Marzuki Mustamar untuk Pilkada Jatim

Nasional
Menkes Sebut Dokter Asing Didatangkan untuk Selamatkan Bayi Kelainan Jantung

Menkes Sebut Dokter Asing Didatangkan untuk Selamatkan Bayi Kelainan Jantung

Nasional
MKD Sebut Perputaran Dana Dugaan Judi Online di DPR Capai Rp 1,9 Miiar

MKD Sebut Perputaran Dana Dugaan Judi Online di DPR Capai Rp 1,9 Miiar

Nasional
DPR Desak Kapolri Buka Lagi Kasus Afif yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

DPR Desak Kapolri Buka Lagi Kasus Afif yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

Nasional
Bantah KPK, Kejagung: Kami Terbuka Jalankan Fungsi Koordinasi dan Supervisi

Bantah KPK, Kejagung: Kami Terbuka Jalankan Fungsi Koordinasi dan Supervisi

Nasional
Soal Revisi UU Polri, Pengawasan Eksternal Harusnya Ditingkatkan lewat Dewan Kepolisian Nasional

Soal Revisi UU Polri, Pengawasan Eksternal Harusnya Ditingkatkan lewat Dewan Kepolisian Nasional

Nasional
Jokowi, Luhut Hingga Sri Mulyani Bahas Aturan IUPK Batu Bara, Pajaknya Bakal Naik?

Jokowi, Luhut Hingga Sri Mulyani Bahas Aturan IUPK Batu Bara, Pajaknya Bakal Naik?

Nasional
Menkes Akui Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal Dibanding Malaysia, Inefisiensi Penyebabnya

Menkes Akui Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal Dibanding Malaysia, Inefisiensi Penyebabnya

Nasional
Redupnya Politik Buruh di Panggung Elektoral

Redupnya Politik Buruh di Panggung Elektoral

Nasional
DPR Undang Para Eks Mendikbud Bahas Biaya Pendidikan, Anies Tak Hadir

DPR Undang Para Eks Mendikbud Bahas Biaya Pendidikan, Anies Tak Hadir

Nasional
Kapolri: Pengawas Eksternal Juga Monitor Penanganan Kasus Dugaan Penganiayaan AM di Padang

Kapolri: Pengawas Eksternal Juga Monitor Penanganan Kasus Dugaan Penganiayaan AM di Padang

Nasional
Modal 'Hattrick' Menang Pemilu, PDI-P Klaim Paling Siap Hadapi Pilkada

Modal "Hattrick" Menang Pemilu, PDI-P Klaim Paling Siap Hadapi Pilkada

Nasional
60 Orang yang Bekerja di DPR Terindikasi Main Judi Online, 2 di Antaranya Anggota DPR

60 Orang yang Bekerja di DPR Terindikasi Main Judi Online, 2 di Antaranya Anggota DPR

Nasional
Berkaca Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Kembangkan Alat Tangkal Serangan Siber lewat Udara

Berkaca Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Kembangkan Alat Tangkal Serangan Siber lewat Udara

Nasional
'Polri Harus Kembali ke Jati Diri sebagai Alat Negara yang Menjaga Jarak dengan Kepentingan Politik'

"Polri Harus Kembali ke Jati Diri sebagai Alat Negara yang Menjaga Jarak dengan Kepentingan Politik"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com