Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zulkifli Minta Dipikirkan Masalah Ekonomi Rakyat, Bukan Jatah Menteri untuk PAN

Kompas.com - 17/09/2015, 06:00 WIB
Sandro Gatra

Penulis

CHINA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan enggan mengomentari soal kemungkinan perombakan kabinet pascakeputuan PAN mendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Zulkifli menegaskan bahwa hal itu sepenuhnya hak prerogatif Presiden.

"Siapa yang mau dikasih (kursi menteri)? Saya ini Ketua MPR, mengerti hukum tata negara. Itu hak Presiden, mau reshuffle, mau ganti menteri kepada siapa terserah dia, bukan urusan kita. Dan itu bukan ranah kita untuk mendiskusikan," kata Zulkifli, di sela-sela kunjungan kerjanya sebagai Ketua MPR, di China, Kamis (17/9/2015).

Hal itu disampaikan Zulkifli ketika diminta pendapat soal komentar berbagai pihak, terutama dari internal Koalisi Indonesia Hebat, terkait wacana perombakan kembali kabinet pascakeputusan PAN mendukung pemerintah. (baca: Wasekjen PKB Berharap Menteri dari Partainya Tak Dipangkas untuk PAN)

Zulkifli hanya tersenyum ketika diminta komentar terkait sikap parpol di KIH yang tidak ingin jatah kursi menterinya dikurangi untuk PAN. Ia berharap semua pihak berbicara soal masalah penting yang tengah dihadapi Indonesia, khususnya masalah ekonomi, dan tidak memperdebatkan hal-hal yang tidak jelas.

"Buat apa spekulasi (jatah kursi untuk PAN). Rakyat lagi sulit sekarang. Pikirkan lah soal ekonomi rakyat yang melambat. Kemarin rakyat yang terkena akibat harga-harga barang naik. Sekarang mulai merambat, yang terkena perusahaan-perusahaan, sudah mulai PHK," kata Zulkifli. (baca: Politisi PKB: Keberadaan PAN Jangan Buat Konsolidasi Jadi Gaduh)

"Kalau masalah (ekonomi) terus terjadi, perbankan bisa kena. Kalau ke sana, tambah berat kita. Itu yang perlu kita perbincangkan, yang produktif menurut saya. Ini (sekarang) perbincangan yang rumor," kata mantan Menteri Kehutanan itu.

Jadi, tidak ada pembicaraan soal kabinet dengan Presiden? "Kita kan mengerti (itu hak prerogatif Presiden), buat apa kita bicarakan," jawab Zulkifli.

Ketua Majelis Pertimbangan PAN Soetrisno Bachir sebelumnya membantah adanya transaksi kursi kabinet untuk partainya setelah deklarasi dukungan untuk pemerintah. Namun, Soetrisno melontarkan pernyataan agar setiap partai yang berada di jajaran pemerintah untuk tak hanya siap menerima jabatan, tetapi juga siap jumlah kursinya berkurang di kabinet. (Baca: Soetrisno Bachir Sebut Parpol Koalisi Harus Siap Kursinya Berkurang)

"Ini bukan masalah legowo atau tidak, itu kewenangan presiden. Kalau diajak ya siap, kalau berkurang ya siap," kata Soetrisno usai bertemu Presiden di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (10/9/2015).

Internal KIH pun bereaksi atas pernyataan Soetrisno. Sekretaris Fraksi Partai Nasdem Johnny G Plate mengingatkan tujuan awal PAN menjadi pendukung pemerintahan. Saat itu, PAN berjanji ingin membantu pemerintah keluar dari persoalan ekonomi yang ada. (baca: Politisi Partai Nasdem: PAN Mau Dukung Pemerintah atau Minta Kursi?)

"PAN mau dukung pemerintahan atau minta kursi? Ini dua hal yang berbeda," kata Johnny saat dihubungi, Jumat (11/9/2015).

Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana mengaku, pihaknya tak siap jika harus kehilangan kursi menteri di Kabinet Kerja. Ia meminta, agar Presiden mempertimbangkan secara objektif jika ingin kembali melakukan perombakan kabinet. (baca: Hanura Mengaku Tak Siap Kehilangan Kursi Menteri untuk PAN)

Dadang memprediksi, dalam waktu dekat akan terjadi perombakan kabinet jilid dua setelah keputusan PAN mendukung pemerintah. (baca: Hanura: PAN Masuk Koalisi Dibantu Wiranto, Masa "Tusuk dari Belakang")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com