Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud MD: Polri Mau "Galak" Malah Berhadapan dengan Persoalan Ekonomi

Kompas.com - 04/09/2015, 18:07 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, menilai, ada perbaikan kinerja Polri dalam penindakan kasus pidana selama Komjen Budi Waseso menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal. Polri, kata dia, sudah mulai berani menindak kasus-kasus besar seperti yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Ternyata, sesudah mau 'galak', berhadapan dengan persoalan ekonomi, dengan pembangunan ekonomi," ujar Mahfud di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (4/9/2015).

Menurut Mahfud, kondisi seperti ini merupakan dilema bagi negara, apakah mengutamakan penegakan hukum atau mengatasi masalah perekonomian Indonesia. (Baca: Hingga Dirotasi, Budi Waseso Belum Laporkan Harta Kekayaannya)

"Saya sebetulnya sudah mulai banyak berharap ke Polri dengan langkahnya akhir-akhir ini. Lalu sekarang ada persoalan ekonomi," kata dia.

Mahfud berharap, KPK, Polri, ataupun Kejaksaan Agung ke depan bisa lebih "galak" dalam menegakkan hukum. Terlebih lagi, penanganan kasus tidak mudah karena terkadang satu kasus dengan kasus lainnya saling berkaitan.

"Kalau saya melihat, per kasus itu gurita-menggurita, mengerikan. Ini baru beberapa orang, belum di Kejaksaan Agung, di Kepolisian, kan banyak," kata Mahfud.

Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mendukung Polri dalam menyampaikan proses hukum yang dilakukan kepada publik. Namun, pemberian keterangan itu tidak berlebihan agar tidak gaduh.

"Pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak boleh bikin gaduh," kata Luhut. (Baca: Luhut: Presiden Ingin Penindakan Hukum Tidak Gaduh)

Polri melakukan rotasi terhadap 71 perwira tinggi. Budi Waseso akan menjabat kepala Badan Narkotika Nasional menggantikan Komjen Anang Iskandar. Adapun Anang akan menjabat kepala Bareskrim.

Budi Waseso sebelumnya menyebutkan bahwa masih ada 67 kasus korupsi yang datanya dipegang oleh Bareskrim Polri. Setelah dirinya nanti tak lagi menjabat sebagai Kepala Bareskrim Polri, Budi meminta penyidik Bareskrim untuk tetap melanjutkan pengusutan kasus-kasus tersebut.

"Saya berharap apa yang sudah kita rintis dalam penegakan hukum, apalagi yang belum selesai, harus tetap dijalankan. Masih ada 67 kasus korupsi, saya minta usut," ujar Budi.

Budi enggan menyebutkan 67 kasus korupsi yang dimaksud. Namun, ia memastikan bahwa puluhan kasus tersebut dalam tahap penyelidikan di Bareskrim Polri. (Baca: Budi Waseso: Namanya Pak Buwas, Ya Tetap Buas...)

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sebelumnya menggelar pertemuan dengan Budi Waseso di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (3/9/2015) pagi. Kompolnas hendak mengonfirmasi laporan masyarakat soal perkara-perkara yang disebut tidak kunjung selesai. (Baca: Banyak Kasus Belum Selesai, Kompolnas Minta Penjelasan Budi Waseso)

Salah satu komisioner, Hamidah Abdurrahman, mengatakan, beberapa kasus yang dilaporkan masyarakat dan kini tidak kunjung selesai adalah kasus dugaan korupsi kondensat, dugaan korupsi payment gateway, dugaan korupsi dalam program cetak sawah, dugaan korupsi mobile crane di Pelindo, dan dugaan korupsi penanaman pohon di Pertamina Foundation.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com