JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menduga senjata api M160 yang disita dari kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah, berasal dari Filipina bagian selatan. Senjata itu diperjualbelikan secara ilegal.
"Kami menduga senjata itu dari Filipina selatan," ujar Badrodin di kompleks Mabes Polri, Jumat (21/8/2015).
Senjata M160 yang dimaksud adalah barang bukti yang diamankan Brimob Polda Sulteng saat baku tembak dengan kelompok teroris jaringan Santoso di Gunung Langka, Poso sejak 17 Agustus 2015. Baku tembak itu menewaskan AKP Anumerta Bryan Theophani Tatontos.
Selain sepucuk M160 merk Barreta, polisi juga mengamankan sepucuk senjata rakitan laras panjang, 28 bom pipa jenis lontong, sebuah laptop kecil, sebuah handycam, 4 buah bendera MIT, black powder, 4 baterai, 4 lembar peta, charger heandphone dan handytalky, 4 buah peluru kaliber 12,7 milimeter, buku-buku jihad dan sejumlah catatan.
Badrodin melanjutkan, keberadaan senjata-senjata tersebut merupakan bukti bahwa jaringan kelompok teroris ini menjalar sampai ke masyarakat. Pasti ada anggota masyarakat yang menjadi kurir kebutuhan senjata atau logistik kelompok tersebut.
"Itu memang strategi mereka. Ada yang berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu mereka lebih gampang mendapatkan," ujar Badrodin.
Badrodin memastikan akan tetap mengejar kelompok teroris di Poso. Sebanyak 140 personel Brimob dari Depok, Jawa Barat diterbangkan untuk penebalan kekuatan di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.