"Polisi bukan politisi," ujar Bambang, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (22/1/2015).
Menurut Bambang, pernyataan tersebut bisa menimbulkan saling curiga di antara perwira tinggi Polri. Yang dikhawatirkan, kata Bambang, terjadi perpecahan dan faksi berdasarkan kepentingan, aksi saling tuduh, yang akan berujung pada terganggunya soliditas Polri.
Ia juga menilai, situasi yang tak kondusif di internal Polri saat ini bisa saja dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu. Bahkan, menurut dia, situasi tersebut bisa dengan sengaja diciptakan oleh orang-orang yang berada di luar institusi Polri.
Bambang mengatakan, dinamika yang hampir sama pernah terjadi saat pergantian pimpinan Polri pada tahun 2001. Saat itu, kata Bambang, Kapolri Jenderal Bimantoro diberhentikan dan jabatannya sementara dipegang oleh Wakil Kepala Polri, yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas. Bambang menjelaskan, saat pergantian pimpinan Polri pada waktu itu, terjadi sebuah tindakan yang mengakibatkan konflik. Bahkan, saat itu beberapa periwira tinggi kepolisian ditangkap dan dituduh melakukan tindakan makar.
"Kita harapkan kondisi seperti itu tidak terulang kembali. Jangan ada pernyataan yang justru hanya menimbulkan konflik," kata Bambang.
Pernyataan adanya pengkhianat dalam tubuh Polri sebelumnya dilontarkan Budi, saat baru menjabat sebagai Kepala Bareskrim Polri, menggantikan Komisaris Jenderal (Pol) Suhardi Alius, Selasa (20/1/2015). Selain berjanji untuk menjalankan tugas dengan baik, Budi juga menyatakan bahwa ia tidak akan menjadi pengkhianat bagi institusi Polri.
Pernyataan Budi tersebut sempat menimbulkan pertanyaan. Sejumlah wartawan yang mendengar pernyataan itu, menanyakan apakah selama ini memang ada pengkhianat dalam institusi Polri seperti yang diutarakannya. Menurut Budi, hal itu akan diselidiki secara internal.
Wakil Kepala Polri Komjen Badrodin Haiti mengatakan, Polri akan menindaklanjuti pernyataan Budi Waseso agar tak menjadi fitnah. Propam akan mulai melakukan penyelidikan terkait isu pengkhianat tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.