Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menutup Tahun Politik dengan Tradisi Suksesi Damai

Kompas.com - 27/12/2014, 10:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan umum dan pemilihan presiden 2014 merupakan satu titik penting dalam sejarah perkembangan demokrasi Indonesia, khususnya pascareformasi 1998 yang ditandai dengan transisi kepemimpinan nasional yang jauh dari prasangka dan ketidaktulusan.

Selain transisi kepemimpinan nasional yang damai, titik penting sejarah politik nasional adalah dengan adanya tradisi baru lepas sambut antara Presiden keenam dengan Presiden ketujuh RI.

Bila pada masa-masa sebelumnya hampir tidak ada komunikasi yang intens antara Presiden yang menggantikan dengan Presiden yang digantikan, maka suksesi nasional 2014 mencatat komunikasi itu berjalan dengan ikhlas dan konstruktif.

"Melangsungkan pemilu bukan hal yang mudah, cukup melelahkan, kompleks, bahkan emosional. Saya pikir seperti pemilu lainnya di seluruh dunia (kondisinya-red)," kata Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah kesempatan.

Sejak pergantian kepemimpinan nasional era Presiden pertama RI Soekarno kepada Presiden kedua RI Soeharto hingga pergantian kepemimpinan nasional Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri kepada Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono memang belum terbentuk tradisi politik yang menjadi ciri pergantian kepemimpinan nasional.

Menjelang akhir masa jabatannya, Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan adanya sebuah serah terima kepemimpinan nasional yang bisa diterima oleh semua pihak dan juga menjadi tradisi politik baru yang akan terus berlangsung, sebab Amerika Serikat dan Rusia telah memiliki tradisi semacam itu sejak lama.

"Di mimbar yang mulia ini, saya Susilo Bambang Yudhoyono juga berjanji untuk membantu siapapun yang akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2014-2019, jika hal itu dikehendaki. Ini adalah kewajiban moral saya sebagai mantan presiden nantinya dan sebagai warga negara yang ingin terus berbakti kepada negaranya," kata Yudhoyono saat menyampaikan pidato kenegaraan terakhir di hadapan sidang DPR RI pada Agustus 2014.

Pernyataan itu merupakan salah satu pembuka jalan komunikasi antara "pemerintahan lama" dengan "pemerintahan selanjutnya", sebuah komunikasi politik yang merupakan salah satu upaya untuk membuat budaya politik yang baru dan memang seharusnya telah dimiliki oleh Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Pertemuan pertama kedua pemimpin dalam status Joko Widodo sebagai Presiden terpilih berlangsung pada 27 Agustus 2014 di Bali. Komunikasi antara kedua pemimpin berlangsung dengan lancar dan mendapat sorotan luas dari berbagai kalangan, karena inilah pertama kalinya sejak Indonesia merdeka, presiden yang akan digantikan, dengan presiden pengganti bertemu dan berkomunikasi tentang proses suksesi kepemimpinan.

"Ini adalah sebuah tradisi baru yang ingin kita bangun dari pemerintahan Presiden SBY ke pemerintahan baru nantinya," kata Presiden Joko Widodo saat itu.

Momentum transisi betul-betul terasa ketika satu hari menjelang pelantikan Presiden ke-7 RI, Minggu (19/10), Presiden terpilih, Joko Widodo, diundang ke Istana Kepresidenan Jakarta oleh Presiden Yudhoyono.

Duduk berdampingan di teras depan Istana Merdeka, Minggu Sore, kedua pemimpin itu menyaksikan geladi bersih acara pisah sambut. Beberapa kali, SBY memberikan koreksi antara lain usai acara tidak perlu mantan presiden memperkenalkan staf kepada presiden baru.

Sebelumnya, SBY mengajak Joko Widodo untuk melihat sejumlah fasilitas di Istana Presiden Jakarta yang nantinya akan menunjang tugasnya sebagai Presiden ke-7 RI.

Ketika meninjau ruang sidang kabinet yang terletak di lantai dua kantor Presiden, SBY sempat meminta agar peta virtual yang bersumber dari layanan satelit Google Earth diaktifkan sehingga Joko Widodo mengetahui fasilitas yang biasanya digunakan saat rapat kabinet antara lain saat membahas penanggulangan bencana.

"Petanya bisa dinyalakan?," kata SBY.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com