JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan kasus Sri Panuti (43), TKI asal Batang yang diduga menjadi korban mutilasi di Malaysia.
"Prinsipnya, BNP2TKI akan berjuang agar dilakukan tindakan hukum terhadap korban yang dimutilasi. Diharapkan pelaku harus mendapatkan hukuman atas perbuatannya dan ada penggantian materi dan immaterial terhadap keluarga korban," ujar Kepala BNP2TKI Nusron Wahid melalui siaran pers, Rabu (10/12/2014).
Nusron menegaskan BNP2TKI akan selalu memperhatikan perlindungan TKI yang berada di luar negeri. BNP2TKI, kata Nusron, juga akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk pemulangan jenazah Sri Panuti.
"Negara wajib hadir dan memberikan perlindungan terhadap persoalan yang dihadapi TKI. Ini sesuai dengan Nawacita yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo," paparnya.
Nusron juga menyayangkan, karena berdasarkan informasi yang diterimanya, Sri Panuti ternyata telah menjadi TKI sejak 1998 dan sempat beberapa kali pulang pergi ke Tanah Air. Namun, banyak kekurangan dalam administrasi Sri Panuti.
"Sejak tahun 1998 jadi TKI tapi berdasarkan informasi beliau tidak memiliki Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) dan asuransi. Siapa yang dulu yang memberangkatkannya ke luar negeri akan kita selidiki dan kita tindak. Karena ini bisa masuk kategori human trafficking," ucapnya.
Hari ini, Nusron juga mengaku menyempatkan diri melakukan pembicaraan via telpon dengan salah satu anak korban, Sigit, di Batang. Dia meminta keluarga untuk tabah dan bersabar atas musibah yang menimpa Sri Panuti. "Saya sampaikan ke pihak keluarga untuk bersabar. Selain itu, Kemenlu dan BNP2TKI akan segera memulangkan jenazah Sri Panuti," ucap Nusron.
Sri adalah warga RT 8 RW 5, Desa Kedung Rejo, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Seperti diberitakan, Sri diduga dimutilasi oleh mantan pacarnya di Malaysia. Anak pertama Sri, Sigit Adi Prayogo (23), mengaku mendapatkan kabar dari teman ibunya bernama Hendra.
"Hendra bercerita kalau ibu mau pinjam uang, tapi karena Hendra enggak ada uang tidak diberi. Terus ibu mau pinjam uang sama Jhon, mantan pacarnya ibu, tapi tidak tahu alasannya apa malah dipukul," kata Sigit seperti dikutip Tribunnews.com, Selasa (9/12/2014).
Penemuan mayat mutilasi terbungkus karung di perkebunan kelapa sawit itu, di Kota Perak, Malaysia. "Hendra mengenali kondisi mayat itu adalah ibu saya karena, baju yang dipakai sama persis dengan yang dibelikan Hendra," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.