"Saya berharap ini gagasan tidak dikarenakan komunitas tertentu yang menginginkan jabatan. Memang kalau digabungkan bisa menstimulus riset dan pengetahuan," kata Poempida saat ditemui di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (6/9/2014).
Poempida menuturkan, saat ini anggaran riset yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya satu persen. Jumlah itu dinilai sangat kecil jika dibandingkan negara-negara lain. Padahal, kata Poempida, Indonesia memiliki potensi sangat besar di bidang riset.
"Sehingga ini dibutuhkan keberanian untuk mendukung maksimal. Salah satu bentuknya bisa berupa kementerian tadi. Hanya jangan sampai ada gagasan yang dimainkan komunitas tertentu untuk cari keuntungan," kata dia.
Poempida pun menilai keberadaan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset tak akan bertabrakan dengan Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pasalnya, BPPT hanya bisa membuat prototipe dan tidak bisa memaksakan prototipe itu menjadi alat yang digunakan pemerintah.
"Yang diperlukan ke depan ada konsep sinergi antara academic, business, and government. Selama ini ada Kemenristek dan BPPT tetapi tidak ada korelasi riil," ujar Poempida yang menjadi salah satu kubu pendukung Jokowi-JK di Partai Golkar itu.
Sebelumnya, Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla menyatakan, pihaknya tengah melakukan kajian untuk membagi Kementerian Pendidikan menjadi dua. Kajian dilakukan untuk mengakomodasi usulan dari sejumlah ahli pendidikan. Kalla menjelaskan, rencana membagi Kementerian Pendidikan menjadi dua akan menyasar pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam satu kementerian.
Sementara itu, pendidikan tinggi akan digabung dengan riset dan teknologi dalam kementerian lainnya. "Sedang dalam pertimbangan, Kementerian Pendidikan dibagi dua. Pendidikan dasar dan menengah, pendidikan tinggi dengan riset," kata JK di acara silaturahim dengan pengurus badan kerja sama perguruan tinggi Islam swasta se-Indonesia (BKS PTIS), di Universitas Al Azhar, Jakarta, Rabu lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.