"Kondisi ini yang menjadi tantangan PKB ke depan, menyatukan suara NU mengingat banyaknya politisi NU uang menyebar ke berbagai partai politik, sulit untuk mengambil 100 persen suara NU ke PKB," kata Yusuf di kantor Pengurus Besar NU di Jakarta, Sabtu (30/8/2014).
Menurut data Indobarometer, kata dia, jumlah pemilih pada Pemilu 2014 yang mengaku bagian dari ormas NU sebesar 40 persen. Namun, pada pemilu 2014, PKB hanya berhasil meraih perolehan suara 9,04 persen. Hal ini, menurut Yusuf, menunjukkan bahwa belum semua suara Nahdliyin bisa diraih PKB.
"Padahal, PKB merupakan partai yang didirikan NU, anak kandung NU," ucap dia.
Data Indobarometer juga menunjukkan bahwa suara Nahdliyin lebih banyak beralih ke PDI-Perjuangan dan Partai Golkar. Oleh karena itu, Yusuf menegaskan bahwa tantangan terbesar PKB adalah memperjuangkan aspiriasi kaum Nahdliyin ke depannya. Jika tidak, pemilih PKB dalam pemilu mendatang tidak akan besar.
"Pemilu 2019 kalau PKB seperti ini tidak akan besar, maksimal di 10 persen. Kalau ada kasus-kasus hukum yang menimpa kader PKB, tidak mungkin PKB ini tidak mampu mempertahankan dukungan suaranya. PKS saja terbukti mampu mempertahankan suaranya," ujar Yusuf.
Dia juga berpendapat, PKB tidak akan bisa melahirkan politisi jempolan jika tidak melakukan perubahan. Adapun Muktamar PKB yang dijadwalkan 31 Agustus hingga 1 September, dianggap sebagai waktu yang tepat untuk membahas tantangan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.