JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden terpilih Joko Widodo diminta segera menerapkan program revolusi mental yang selama ini digadang-gadangnya saat kampanye pemilu presiden 2014 lalu. Bahkan jika perlu, revolusi mental tersebut harus sudah dijalankan saat masa peralihan sekarang ini.
"Revolusi Mental akan menjadi program utama Jokowi-JK dalam mewujudkan mental inovatif dan nasionalisme bagi setiap warga-negara. Bahkan, revolusi mental akan mampu melahirkan Trisakti, yaitu politik yang berdaulat, ekonomi yang mandiri, dan kebudayaan yang berkepribadian," kata pengamat politik Yudi Latif dalam keterangan persnya, Rabu (28/8/2014) siang.
Menurut Yudi, cita-cita Bung Karno atas unsur politik, ekonomi, dan kebudayaan itu, sejauh ini masih sulit terwujud. Di berbagai daerah di Indonesia, masih banyak contoh kasus negatif yang sama sekali tidak mencerminkan Trisakti.
"Dalam bidang ekonomi, revolusi mental akan membangun kesadaran agar kita dapat menghargai ciptaan dan produk dalam negeri. Selama ini, kita kerap menganggap produk yang datang dari luar negeri sebagai yang paling baik. Ini masalah serius. Kita mestinya lebih percaya terhadap kreativitas dalam negeri," ujar Yudi.
Dalam bidang politik, lanjut dia, revolusi mental akan mendorong seluruh elemen membangun sistem politik-hukum yang sesuai dengan konteks sosial-budaya. Selama ini, Yudi menilai, pemerintah dengan mudah mengadopsi sistem yang datang dari luar sembari mengabaikan khazanah pemikiran yang tumbuh dan berkembang di antara para ilmuan.
"Dalam bidang kebudayaan, revolusi mental akan membangun karakter yang akan memperkuat kemanusiaan dan keadaban. Kita bisa mengembangkan model Bali yang dapat menarik perhatian wisatawan asing dengan mengetengahkan khazanah kebudayaan," ucap Yudi.
Revolusi mental yang menjadi jargon kampanye Jokowi dirasa perlu segera diterapkan. Yudi menilai hal itu penting untuk melahirkan kembali semangat Trisakti yang pernah digelorakan presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.