Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepada Prabowo, Penyair M Aan Mansyur Sampaikan Cerita Ketakutan Ibunya

Kompas.com - 16/07/2014, 16:32 WIB
Meidella Syahni

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Penyair asal Makassar, M Aan Mansyur, ikut menuliskan surat untuk calon presiden Prabowo Subianto. Dalam suratnya yang diunggah di http://suratuntukpakbowo.tumblr.com/, penyair yang karyanya kerap terbit di media nasional ini membagi cerita “lucu”-nya dan tentang ketakutan ibunya.

Seperti apa ceritanya?

"Bapak Prabowo Subianto yang saya hormati,

Di tengah seluruh keriuhan pesta demokrasi yang menyita banyak perhatian dan pikiran saat ini, saya kira hal yang paling Pak Prabowo butuhkan adalah lelucon. Pak Prabowo butuh sesuatu yang bisa membuat tertawa, bukan kritikan dan makian seperti yang sekarang bertebaran di Internet. Jangankan tertawa, tampaknya Pak Prabowo bahkan tidak pernah tersenyum di depan kamera para wartawan. Hal tersebut membuat saya kerap tersenyum sendiri—dan kadang-kadang sedih—mengetahui ada seorang pria gagah tidak mampu tersenyum di pusat pesta yang meriah.

Sejujurnya, saya tidak pandai melucu. Selera humor saya, menurut teman-teman saya, sedikit aneh. Namun, ada banyak kisah dari masa kecil saya yang cukup lucu—setidaknya, menurut ibu saya. Saya akan menceritakan kepada Pak Prabowo kisah lucu favorit ibu saya. Kisah ini paling sering dia ceritakan di meja makan dan membuatnya tertawa sambil menangis. Saya berharap kisah ini bisa membuat Pak Prabowo tersenyum, jika tidak bisa tertawa seperti ibu saya.

Saat saya berusia 6 tahun, ada bendungan besar dibangun tidak jauh dari tempat saya lahir di pedalaman Sulawesi Selatan. Bendungan itu terletak di Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone. Tepatnya, di Sanrego.

Selama Bendungan Sanrego dibangun, banyak orang baru—mungkin orang-orang kota—lewat di depan rumah kami. Beberapa di antara mereka mengenakan seragam tentara. Karena kehadiran tentara-tentara itulah para penduduk akhirnya terpaksa merelakan sawah-sawah mereka jadi jalanan dan saluran irigasi, kata ibu saya bertahun-tahun kemudian.

Selain orang-orang baru, di depan rumah kami juga banyak melintas truk, bulldozer, excavator, dan mobil-mobil Hardtop. Setiap hari. 

Ada cerita menarik mengenai mobil-mobil Hardtop itu. Orang-orang di kampung saya percaya mobil-mobil itu ke mana-mana berisi orang jahat yang senang memenggal dan mengambil kepala anak kecil. Konon, kepala-kepala itu akan ditanam di tanggul bendungan agar tidak mudah jebol. Teman-teman saya, tentu saja, ketakutan setiap kali melihat mobil Hardtop.

Tetapi, saya tidak takut kepada mobil-mobil Hardtop itu. Saya lebih takut kepada bulldozer. Sungguh-sungguh takut. Jika ada bulldozer lewat, saya berlari secepat mungkin ke hutan di belakang rumah saya untuk sembunyi. Di sana, di tengah hutan, saya menangis ketakutan. Tidak jarang saya mengencingi celana sendiri. Beberapa kali, ibu saya menemukan saya pingsan karena ketakutan melihat bulldozer.

Pak Prabowo pasti bisa membayangkan seberapa besar ketakutan saya.

Cerita mengenai saya yang takut bulldozer, tentu saja, dengan mudah menyebar ke mana-mana, termasuk ke sekolah, dan menjadi lelucon semua orang. Banyak orang tidak tahu nama saya, tetapi mereka tahu bahwa saya adalah Si Anak yang Takut Bulldozer.

Lelucon itu tidak mati saat saya tamat Sekolah Dasar—sebagaimana ketakutan saya kepada bulldozer. Ketika duduk di bangku SMA, saya pernah berkelahi dengan seorang teman yang menceritakan aib tersebut kepada seorang gadis yang saya taksir. Dia menyebut saya lelaki pengecut, bahkan kepada bulldozer takut.

Beberapa tahun lalu, saya berpikir anggapan kawan saya itu ada betulnya. Saya menuliskan satu sajak sederhana perihal ketakutan saya kepada bulldozerdan kepengecutan saya. Jika Pak Prabowo punya waktu, sajak itu bisa dibaca di sini.

Bapak Prabowo yang baik,

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com