Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/06/2014, 17:39 WIB


Oleh: Indah Surya Wardhani

KOMPAS.com - Debat pasangan calon presiden dan wakil presiden pada 9 Juni lalu membangun opini positif proses demokrasi. Publik antusias mengikuti debat yang diyakini menampilkan kualitas terbaik tiap pasang calon. Acara itu juga memperlihatkan perbedaan visi-misi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyikapi persoalan bangsa.

Hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu menunjukkan besarnya minat publik terhadap acara debat capres-cawapres dengan tema ”Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih, dan Kepastian Hukum”. Sekitar 7 dari setiap 10 responden mengikuti jalannya perdebatan. Lebih dari separuhnya menyaksikan siaran langsung di televisi dan sebagian lainnya mengikuti pemberitaan di jenis media lain. Adapun sekitar sepertiga responden lainnya mengaku tidak menonton siaran langsung dan tidak mengikuti pemberitaan terkait debat capres.

Sejauh ini, acara debat dinilai sukses mempertontonkan performa unggul para kandidat dalam berorasi dan berargumentasi. Menariknya, loyalis kedua kubu memberikan penilaian yang sama positif dan menilai netralitas acara debat capres secara umum terjaga baik. Sekitar 60 persen responden dari setiap kubu menilai bahwa acara debat adalah ajang mengadu kualitas para kandidat ketimbang sekadar formalitas kampanye. Mereka pun meyakini bahwa setiap pasang calon telah menampilkan kemampuan terbaiknya dalam panggung debat.

Selain loyalis dan konstituen kedua kubu, acara debat juga mendapat perhatian dari kelompok swing voters yang belum atau tak menjatuhkan pilihannya terhadap para capres dan cawapres. Dari metode jajak ini, kelompok berjumlah sekitar 27 persen inilah yang paling kritis memberikan penilaian. Sebagian dari kelompok ini (44 persen) menganggap acara debat sekadar formalitas tahapan kampanye yang tidak mencerminkan kualitas para kandidat. Namun, sebagian lainnya (42 persen) menilai justru positif dan menganggap acara debat merupakan ajang serius yang mengadu kemampuan dua pasang calon.

KOMPAS Jajak pendapat Kompas

 

Perbedaan sikap

Dari segi usia, acara debat terutama menyedot perhatian pemilih senior berusia 44-57 tahun. Responden senior ini cenderung mengapresiasi positif jalannya acara debat ketimbang kelompok lain yang berusia lebih muda. Adapun kelompok usia yang cenderung skeptis menyikapi acara debat, terutama kalangan responden muda yang berusia 17-30 tahun.

Debat capres juga dinilai dari keberhasilan acara itu mempertontonkan perbedaan pandangan para kandidat dalam menyikapi tantangan demokrasi, akuntabilitas pemerintahan, dan penegakan hukum. Dari acara debat terlihat bahwa penerimaan publik terhadap visi-misi kedua pasang calon tergolong tinggi, yakni dengan tingkat persetujuan rata-rata 70 persen. Meski demikian, kedua kubu masih kedodoran dalam merumuskan upaya pemerintahan yang bersih bebas korupsi di sektor politik dan pemerintahan.

Dari acara debat, penampilan kubu Jokowi-JK dinilai lebih meyakinkan ketimbang rivalnya. Pemaparan visi-misi Jokowi-JK dalam acara debat cenderung dianggap lebih menyentuh persoalan masyarakat dan lebih realistis untuk dilaksanakan dibandingkan dengan rivalnya Prabowo-Hatta. Pasangan ini mendapatkan dukungan optimal, terutama ide keteladanan pemimpin taat hukum dan HAM sebagai syarat utama jaminan kepastian hukum. Selain itu, responden juga sangat menyetujui gagasan mewujudkan demokrasi dengan mendengarkan suara rakyat.

Sementara itu, kubu Prabowo-Hatta mendapatkan dukungan optimal pada visi penegakan hukum yang menjamin pengakuan HAM tanpa diskriminasi. Selain itu, responden juga menyetujui gagasan bahwa demokrasi harus menyejahterakan dengan mencegah kekayaan Indonesia mengalir ke luar negeri. Meski demikian, responden menilai visi-misi ini terlampau sulit dilaksanakan. Lebih dari separuh responden meragukan pasangan Prabowo-Hatta ini mampu mewujudkannya.

Adapun pemaparan visi-misi kedua pasang calon terkait pemerintahan yang bersih masih belum optimal. Prabowo-Hatta cenderung mendapatkan dukungan rendah, terutama terkait dengan ide meningkatkan gaji pejabat negara demi pencegahan korupsi. Sebagian besar responden tidak menyetujui gagasan tersebut sekaligus meragukan kemampuan pasangan ini untuk melaksanakan misi pemerintahan yang bersih.

Dari debat capres, pasangan Jokowi-JK dinilai relatif memperoleh dukungan yang lebih baik lagi. Lebih dari separuh responden menganggap upaya membangun akuntabilitas pemerintahan melalui sistem online, seperti e-procurement atau e-audit bisa menjadi lebih realistis.

Perbedaan sikap responden juga tampak ketika diminta mengaitkan visi-misi yang dipaparkan setiap pasangan capres dan cawapres dengan kesesuaian sikap dan perilaku mereka selama ini. Visi-misi pasangan Prabowo-Hatta dinilai oleh 4 dari 10 responden belum sesuai dengan sikap dan perilaku mereka selama ini. Sementara 7 dari 10 responden menilai justru sebaliknya terhadap pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

Pemilih mengambang

Keberhasilan debat capres dan cawapres juga terlihat dari cukup terpenuhinya kebutuhan publik atas informasi seputar para kandidat. Jajak pendapat menunjukkan bahwa antusiasme publik mengikuti jalannya debat, terutama untuk menambah pengetahuan tentang visi-misi pasangan capres-cawapres dan membuktikan kualitas debat para calon pemimpin (67,6 persen). Selain itu, banyak pula responden yang mengaku mengikuti debat capres dan cawapres demi memantapkan pilihan (26,9 persen).

Jajak pendapat menunjukkan 70,5 persen responden yang mengikuti jalannya debat capres dan cawapres semakin mantap dengan pilihannya. Sebagian besar responden mengaku bahwa pengetahuan mereka atas visi dan misi dua pasang calon bertambah setelah menonton acara debat tersebut.

Namun, di sisi lain, acara debat juga menimbulkan kegamangan. Sejumlah responden mengubah pilihannya setelah menonton acara tersebut, baik dari kubu Prabowo-Hatta menjadi Jokowi-JK maupun sebaliknya, masing-masing sekitar 9 persen para pemilihnya. Adapun sebagian dari responden lain (18,6 persen) mengaku belum menentukan pilihan setelah acara debat capres dan cawapres berlangsung.

Pada akhirnya, kelompok inilah yang berpeluang mengubah peta dukungan pasangan capres dan cawapres. Di tengah masyarakat informasi mutakhir, kemenangan pasangan capres-cawapres juga ditentukan kemampuan para capres dan cawapres mengemukakan visi-misi dan berargumentasi secara cerdas di depan publik. (Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com