Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Delapan Agenda yang Dititipkan KPK kepada Capres-Cawapres

Kompas.com - 03/06/2014, 21:34 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyusun delapan agenda yang dinilai patut diperjuangkan pemerintahan mendatang. Kedelapan agenda tersebut termuat dalam buku putih yang akan diberikan KPK kepada calon presiden dan wakil presiden sebagai bekal dalam menyusun visi-misi.

Juru Bicara KPK Johan Budi, melalui siaran pers yang diterima wartawan, Selasa (3/6/2014), menguraikan kedelapan agenda tersebut. Pertama, KPK menitipkan agenda reformasi birokasi dan perbaikan administrasi kependudukan.

"KPK menilai, jalan paling mendasar untuk menata birokrasi adalah melalui reformasi birokrasi," kata Johan.

KPK menilai reformasi perlu dilakukan, khususnya terkait dengan pengelolaan APBN dan APBD. Reformasi di sektor ini bertujuan memastikan agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap pengelolaan APBN dan APBD dilakukan secara akuntabel, transparan, dan berkeadilan, serta meminimalkan kebocoran anggaran.

Kedua, agenda pengelolaan sumber daya alam dan penerimaan negara. Berdasarkan penelitian dan pengkajian KPK, terdapat tiga sektor yang harus mendapatkan perhatian besar presiden mendatang, yakni pertambangan (khususnya mineral dan batu bara), kehutanan, serta perikanan dan kelautan.

"Sektor pertambangan, misalnya, memberikan kontribusi sekitar 9 persen terhadap total pajak dalam negeri," ujar Johan.

Ketiga, agenda ketahanan dan kedaulatan pangan. Menurut Johan, keseriusan pemerintah dalam upaya swasembada pangan tecermin dari besarnya anggaran swasembada pangan. Pada 2014, katanya, nilai anggaran swasembada pangan sebesar Rp 8,28 triliun untuk lima komoditas utama.

"Bila tidak dikelola dengan baik, ini dapat memicu kerugian keuangan negara, baik dari aspek keuangan maupun non-keuangan," sambung Johan.

KPK juga melihat bahwa kebijakan pengimporan komoditas pangan strategis masih sangat lemah dalam melindungi petani lokal. Kelemahan pada kebijakan tata niaga meliputi arah kebijakan yang tidak tepat yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingannya sendiri dengan merugikan negara dan kepentingan publik.

Agenda keempat adalah perbaikan infrastruktur. Johan mengatakan, hasil Survei Integritas Sektor Publik Indonesia tahun 2009 yang dilakukan KPK menunjukkan persepsi masyarakat pengguna layanan pada layanan publik di lingkungan Kementerian Perhubungan masih belum memuaskan.

"Sebagai contoh, skor potensi integritas pada layanan uji tipe dan penerbitan sertifikat uji tipe kendaraan bermotor di lingkungan Ditjen Perhubungan Darat hanya mencapai 5,99 (peringkat ke-68), di bawah standar minimal KPK (6,0)" katanya.

Menurut Johan, hal tersebut menunjukkan masih adanya kelemahan dalam sistem pelayanan publik pada layanan tersebut, yang merupakan celah bagi terjadinya pemerasan atau suap.

Agenda kelima, lanjutnya, adalah penguatan aparat penegak hukum. KPK menilai proses penegakan hukum harus akuntabel. Proses pelaksanaan penegakan hukum, kata Johan, harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dengan berbasiskan pada kemanfaatan hukum dan keadilan bagi publik.

"Dengan sendirinya, peningkatan citra positif aparat penegak hukum akan meningkat, seiring dengan kapasitas dan kompetensi dari aparat penegak hukum itu sendiri," sambungnya.

Keenam, agenda untuk mendukung pendidikan nilai integritas dan keteladanan. Menurut Johan, KPK mencermati bahwa akar penyebab korupsi adalah sistem yang buruk dan karakter individu yang cenderung korup. Orientasi kesuksesan hidup yang berdasar hanya pada materi, katanya, membuat nilai-nilai moral semakin "sepi" diajarkan dalam keluarga ataupun lembaga formal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Bingung Mau Siapkan Jawaban

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com