"Saya sudah diberitahu Ketua Umum PKB (Muhaimin Iskandar) bahwa keputusan PKB seluruhnya berada tangan Pak Kiai. Berarti kalau saya keliru, saya nanggung seluruh rakyat Indonesia," kata Aziz, membuka cerita dalam sambutannya pada acar Silaturahim Nasional Alim Ulama PKB, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (3/6/2014).
Dia mengatakan, berbeda dengan Jusuf Kalla yang merupakan putra pengurus Nadhlatul Ulama, dia sama sekali belum mengenal Jokowi. Pertama kali mengenal Jokowi, kenang Aziz, dia mengajak Jokowi untuk duduk lesehan, bukan duduk di atas bangku.
"Saya perhatikan silonya (silanya) kagok apa enggak. Wah, ternyata luwes, Beliau berarti ahli tahlil," katanya, yang disambut tawa para peserta yang hadir.
Saat itu, dia selalu memperhatikan setiap ucap dan langkah yang dilakukan Jokowi. Dia pun mengaku mantap saat Jokowi membacakan mukaddimah (kalimat pembuka) saat memulai berbicara. Jokowi, kata Aziz, tidak keliru dalam membaca shalawat.
"Salah satu keistimawaan Nadhlatul Ulama diberikan 'sayyidina' saat mengucapkan shalawat. Dengan ucapan 'sayyidina', saya sudah mantap. Kalau bukan Islam, shalawatnya pasti keliru," kata Aziz.
Namun, kata Aziz, saat itu ia belum memutuskan untuk mendukung Jokowi sebagai calon presiden. Dia hanya mendoakan jika menjadi presiden, Jokowi akan selalu mendapat petunjuk Tuhan untuk memimpin dengan adil.
Menurutnya, salah satu alasan mendukung pasangan Jokowi-JK adalah keberadaan mitra koalisi yang berada di pihak lawan. Aziz menuding, mereka yang berada di pihak lawan adalah orang yang kerap "mencuri" masjid, "merampok" langgar, serta mengkafirkan dan membidahkan tahlilan dan ziarah kubur.
"Akhirnya, PKB mendukung Pak Jokowi. Yang saya lakukan adalah untuk menyelamatkan akidah ahlus sunnah wal jamaah," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.