Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hakim Puji Sebut SMS Mesra untuk Hakim Jumanto Cuma Iseng

Kompas.com - 06/03/2014, 04:06 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Majelis Kehormatan Hakim Mahkamah Agung menyatakan, hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya, Puji Rahayu, dalam pemeriksaan membenarkan pernah mengirim pesan singkat (SMS) kepada Jumanto, Wakil Ketua PTUN Banjarmasin, saat mereka sama-sama bertugas di PTUN Medan. Namun, Puji mengatakan, SMS itu cuma iseng.

"Diakui oleh terlapor bahwa ia berkirim SMS pada Saudara Jumanto. Dalam hal ini, Puji mengakui kesalahannya, dan tindakan mengirim SMS tersebut hanya iseng belaka, tapi ternyata berdampak seperti ini (diseret ke sidang Majelis Kehormatan Hakim)," ujar Ketua Majelis Kehormatan Hakim (MKH) Timur Manurung saat membacakan bagian pembelaan Puji pada sidang putusan pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku hakim (PPH) Puji di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Rabu (5/3/2014).

Karena SMS itu, ujar Timur, Puji mengaku sempat mendapat teguran dari Ketua PTUN Medan saat itu. Puji pun mengaku sudah meminta maaf kepada istri Jumanto. Dalam sidang MKH Jumanto dan Puji, majelis mengungkapkan, suatu malam pada September 2009, istri Jumanto mendapati SMS dari Puji di telepon seluler suaminya. Dalam pesan itu, Puji mengaku rindu terhadap Jumanto.

Selain meminta maaf atas SMS itu, menurut majelis, Puji juga meminta maaf atas perlakuan kasarnya kepada anak Jumanto, Doni Wibawa. Puji sempat mengirim SMS ancaman akan menyeret Jumanto jika anaknya nekat melaporkan dia kepada Badan Pengawas (Bawas) MA. SMS itu juga berisi kata kasar yang menghina anak Jumanto. "SMS diakui sebagai kekhilafannya dan tidak bermaksud mengganggu rumah tangga orang lain," ungkap Timur.

MKH menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap dengan hak pensiun kepada Puji. Dia dinyatakan terbukti melakukan tindakan tercela yang merendahkan martabat dan kehormatan hakim atas perbuatannya menjalin hubungan gelap dengan Jumanto.

Selain Timur, majelis ini beranggotakan dua hakim agung dari MA, HM Syarufuddin dan Irfan Fachrudin, serta empat anggota Komisi Yudisial, yakni Wakil Ketua KY Abbas Said, serta tiga anggota KY, yaitu Eman Suparman, Tauqqurahman Syahuri, dan Ibrahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com