Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seleksi Calon Hakim Agung Mubazir Rp 3 Miliar

Kompas.com - 07/02/2014, 22:37 WIB
Oleh:

KOMPAS.com
- TIGA calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial dengan biaya Rp 3 miliar itu akhirnya kandas di DPR. Komisi Hukum DPR dalam voting tertutup menolak tiga calon hakim agungtersebut.

Tiga calon hakim tersebut—Sunarto, Suhardjono, dan Maria Anna Sumiyati—ditolak mayoritas anggota Komisi Hukum DPR. Karena menggunakan voting tertutup, tidak jelas apa alasan Komisi Hukum DPR menolak ketiganya. Melalui media massa terungkap calon hakim agung ditolak karena dianggap tidak kompeten. Alasan lain, ada calon yang pernah mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR.

Setelah ditolak DPR, Ketua Komisi Yudisial Suparman Marzuki mengakui Komisi Yudisial agak menawar kualitas calon, tetapi lebih menempatkan integritas calon sebagai pertimbangan utama. Alasannya, bila menyangkut kualitas itu bisa dipelajari.

Sebaliknya, anggota Komisi Hukum DPR dari Fraksi PDI-P, Eva Kusuma Sundari, menilai ketiga calon hakim agung itu memang tidak memuaskan. ”Tidak ada jawaban bagus soal hak asasi manusia. Juga tak ada jawaban soal pengadilan militer, misalnya,” kata Eva.

Apa pun, penolakan Komisi Hukum DPR membuat seleksi selama enam bulan dari Komisi Yudisial yang memakan biaya Rp 3 miliar itu mubazir. Komisi Yudisial harus mengajukan lagi calon hakim agung ke DPR. Namun, perbedaan selera calon hakim agung antara DPR dan Komisi Yudisial membuat seleksi itu berpotensi bermasalah.

Gugatan Eva bahwa jawaban calon hakim agung tak me- muaskan tetap bisa memunculkan pertanyaan baru. Memuaskan dalam arti kesamaan ideologi partai atau memuas- kan dalam arti apa. Setelah reformasi, MA membagi menjadi beberapa kamar, yakni kamar perdata, kamar pidana, kamar tata usaha negara, kamar peradilan militer, dan kamar peradilan agama. Dengan sistem kamar, hakim agung akan menyidangkan sesuai dengan keahliannya. Kembali ke gugatan Eva, ”Tidak ada jawaban memuaskan soal calon hakim agung soal peradilan militer,” memunculkan pertanyaan apakah ketiga hakim itu akan diproyeksikan sebagai hakim militer?

Argumentasi DPR memang bisa dipatahkan jika tanpa aturan main yang jelas, termasuk apakah calon hakim agung yang ikut uji kelayakan dan gagal diperbolehkan untuk ikut lagi dan kesempatan berikutnya? Hal itu harus jelas karena pengalaman menunjukkan calon Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pernah diuji oleh Komisi Keuangan DPR dan dinyatakan gagal, tetapi dalam kesempatan lain oleh Komisi Keuangan yang sama, Agus dinyatakan lolos sebagai Gubernur BI.

Sejak Orde Baru, kita sudah mempunyai empat pola seleksi hakim agung. Pola pertama, Ketua MA mengusulkan kepada Presiden sejumlah nama calon hakim agung dan Presiden memutuskan. Pola kedua, Ketua MA mengusulkan kepada Komisi Yudisial sejumlah hakim agung untuk diseleksi untuk kemudian diusulkan ke DPR. Pola ketiga seleksi hakim agung sepenuhnya diserahkan ke Komisi Yudisial untuk memilih tiga nama calon untuk satu kekosongan dan selanjutnya dipilih oleh DPR. Dan pola keempat, Komisi Yudisial mengajukan calon hakim agung sesuai dengan kekosongan kursi dan DPR mendapatkan persetujuan.

Kita tentunya tak ingin proses seleksi calon hakim agung semata-mata hanya tontonan kekuasaan lembaga negara. Proses konsultasi antara lembaga negara DPR, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Agung diperlukan untuk menyamakan persepsi agar kepentingan publik yang lebih luas tidak terabaikan.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com