Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Anggota DPR "Nakal", Rekam Janji Politiknya!

Kompas.com - 11/12/2013, 08:33 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Adnan Pandupraja menawarkan konsep e-politik sebagai salah satu solusi untuk menyikapi kenalakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Adnan, dengan konsep e-politik ini, setiap janji anggota DPR yang disampaikan saat kampanye akan terekam jelas melalui pencatatan elektronik. Dengan demikian, masyarakat dapat mempermasalahkan jika ada janji yang tidak sesuai dengan kenyataannya.

"Kita tahu yang berkuasa di negeri ini kan anggota dewan kan, jadi sulit ya. Jadi, kan Anda dengar sendiri pernyataan yang dilontarkan, bagaimana sih menyikapi kenakalan anggota-anggota dewan, itu memang never ending story (cerita yang tak ada akhirnya). Solusinya satu, kalau ada e-politik, bagus tuh. Jadi, si Anu ngomong-nya apa, semua terekam," kata Adnan di Jakarta, Selasa (10/12/2013).

Adnan melanjutkan, konsep e-politik mengedepankan transparansi sehingga masyarakat dapat mengawasi langsung perilaku anggota dewan. Dia pun berharap wacana mengenai konsep e-politik ini dapat terus didengungkan hingga akhirnya diwujudkan pemerintah bersama dengan parlemen.

"Karena hanya e-politik, tanpa itu semua hanya di balik kelambu. Mereka pasti menyangkal kalau enggak gituan, sedangkan esensi dari pola itu kan transparansi kan, jadi semua, statement, sikap, gaji, itu tertulis sehingga orang bisa tahu, 'Oh, jadi saya enggak salah milih dia jadi ketua dewan' kan gitu," kata Adnan.

Mantan komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini juga menekankan pentingnya pemerintah menjaga jarak dengan parlemen sehingga terhindar dari praktik kongkalikong mengeruk keuangan negara bersama-sama. Menjaga jarak, menurut Adnan, penting agar pihak eksekutif tidak mudah diintervensi anggota dewan. Selama ini, kerap terjadi kongkalikong antara eksekutif dan parlemen dalam mengeruk uang negara melalui proyek-proyek pengadaan. Ada juga parlemen yang mendesak eksekutif untuk memberikan sejumlah uang untuk mengegolkan anggaran suatu kementerian.

"Kita berharap eksekutif lebih waspada dan kalau perlu bisa menjaga jarak karena tadi mendengar bagaimana Bu Wali Kota Surabaya berani berhadapan dan berani menyatakan tidak kepada anggota dewan, kenapa tidak itu juga dilakukan di level nasional? Toh parlemen kan tidak bisa memberhentikan menteri kan. Kenapa tidak mengambil jarak, say no-lah kira-kira kalau mau diintervensi," kata Adnan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wapres Minta RUU Penyiaran Sejalan dengan Cita-cita Demokrasi

Wapres Minta RUU Penyiaran Sejalan dengan Cita-cita Demokrasi

Nasional
HAI Sawit Indonesia dan BPDPKS Gelar FGD “Peluang Ekspor Produk UKMK Sawit Indonesia untuk Dunia”

HAI Sawit Indonesia dan BPDPKS Gelar FGD “Peluang Ekspor Produk UKMK Sawit Indonesia untuk Dunia”

Nasional
Komisi I Bakal Panggil Menkominfo jika PDN Masih Bermasalah

Komisi I Bakal Panggil Menkominfo jika PDN Masih Bermasalah

Nasional
Kumpulkan Pamen, KSAL Wanti-wanti Bahaya Utang Berlebih dan Kebiasaan Judi 'Online'

Kumpulkan Pamen, KSAL Wanti-wanti Bahaya Utang Berlebih dan Kebiasaan Judi "Online"

Nasional
KPK Akan Dalami Dugaan Aliran Dana SYL Ke Firli Bahuri

KPK Akan Dalami Dugaan Aliran Dana SYL Ke Firli Bahuri

Nasional
Saat Bamsoet Bicara soal Amendemen Berujung Diputus Langgar Kode Etik...

Saat Bamsoet Bicara soal Amendemen Berujung Diputus Langgar Kode Etik...

Nasional
Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Divonis 9 Tahun Penjara

Eks Dirut Pertamina Karen Agustiawan Divonis 9 Tahun Penjara

Nasional
Sri Mulyani Bakal Cek Aturan Bea Masuk Kain Usai RI Kebanjiran Tekstil Impor

Sri Mulyani Bakal Cek Aturan Bea Masuk Kain Usai RI Kebanjiran Tekstil Impor

Nasional
Golkar Optimistis Bisa Koalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Calonnya Masih Dibahas

Golkar Optimistis Bisa Koalisi dengan Gerindra di Pilkada Jakarta, Calonnya Masih Dibahas

Nasional
Mendagri Buka Suara Pj Gubernur NTB Diganti Pensiunan Jenderal TNI

Mendagri Buka Suara Pj Gubernur NTB Diganti Pensiunan Jenderal TNI

Nasional
PKB Buka Kans Koalisi dengan PDI-P, Sandingkan Marzuki-Risma di Pilkada Jatim

PKB Buka Kans Koalisi dengan PDI-P, Sandingkan Marzuki-Risma di Pilkada Jatim

Nasional
Benny Harman: Belum Ada Rekomendasi Untuk Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli

Benny Harman: Belum Ada Rekomendasi Untuk Kembalikan UUD 1945 ke Naskah Asli

Nasional
Sudah 6 Pj Kepala Daerah Mundur karena Hendak Maju Pilkada 2024

Sudah 6 Pj Kepala Daerah Mundur karena Hendak Maju Pilkada 2024

Nasional
Didakwa Korupsi Rp 44,5 Miliar, SYL Pamer Kementan Kontribusi Rp 15 Triliun ke Negara

Didakwa Korupsi Rp 44,5 Miliar, SYL Pamer Kementan Kontribusi Rp 15 Triliun ke Negara

Nasional
Menperin Bakal Pelajari Isu Sritex Bangkrut

Menperin Bakal Pelajari Isu Sritex Bangkrut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com