“Kalau kasus Akil, Presiden mau komentar, ini kasus dokter, mengapa diam saja?” kata Poempida dalam diskusi bertajuk “Dokter Juga Manusia” di Jakarta, Sabtu (30/11/2013).
Politikus Partai Golkar ini bahkan menganjurkan agar dokter yang divonis bersalah oleh MA itu mengajukan permohonan grasi kepada Presiden. Dia pun membandingkan kasus dokter ini dengan kasus terpidana narkotika Scapelle Corby.
“Kalau Corby saja yang kasusnya narkoba dapat grasi, kenapa kasus kesehatan yang menyangkut nyawa manusia seperti ini enggak dapat?” ucapnya.
Dalam diskusi yang sama, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Genekologi Indonesia (POGI) Nurdadi Saleh merasa sanksi Presiden Yudhoyono akan turun tangan menanggapi protes para dokter tersebut.
“Saya juga khawatir, Presiden malah bilang saya tidak bisa intervensi masalah hukum,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, para dokter menggelar aksi mogok dan turun ke jalan pada 27 November 2013 lalu. Ini merupakan aksi solidaritas dokter kandungan yang memprotes vonis MA atas tiga dokter di Manado, Sulawesi Utara, yakni Dewa Ayu Sasiary Prawani, Hendry Simanjuntak, Hendy Siagian.
Ketiga dokter itu dianggap MA melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan meninggalnya pasien bernama Julia Fransiska Makatey mereka tangani di Rumah Sakit Prof Kandouw, Manado, pada 2010 lalu. Sementara itu, pada persidangan di Pengadilan Negeri Manado (PN Manado), ketiga dokter divonis bebas karena tidak terbukti melakukan malapraktik.
Akibat aksi mogok para dokter ini, pelayanan di sejumlah rumah sakit menjadi terganggu. Poempida menilai, kasus dokter Ayu dkk ini sedianya tidak perlu lagi disidangkan di MK karena ketiga dokter itu sudah diputus bebas murni di pengadilan tingkat pertama.
“Tidak perlu kasasi lagi, dokter Ayu juga cukup bertanggung jawab dalam konteks keluarga korban, ini sudah pendekatan yang sifatnya ini lah. Kalau menurut saya, bagi kami di DPR yang paling penting adalah kepastian hukum, harus seimbang, saya punya cerita, ada pemadam kebakaran, dia melihat ada satu ibu dan satu anak, ibu atau anak yang harus dipilih,” tutur Poempida.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.