"Terlalu terburu-buru mengatakan klan Atut akan runtuh," terang Hamid kepada Kompas.com, Rabu (16/10/2013).
Ia mengatakan, sejauh ini KPK baru menyelidiki kasus korupsi terkait sengketa Pilkada Kabupaten Lebak yang melibatkan TCW. Dengan kata lain, KPK belum menyentuh kasus-kasus korupsi yang begitu banyak dilakukan oleh keluarga Atut.
Menurut Hamid, kasus-kasus korupsi yang melibatkan keluarga Atut tidak terekspos akibat kuatnya kontrol klan tersebut terhadap media lokal di Banten. Selain itu, aparat hukum seperti kepolisian daerah dan Kejaksaan Tinggi Banten juga mandul dalam menangani perkara tersebut.
"Misalnya kasus korupsi Sodetan Cibinuangeun yang melibatkan Lilis Karyawati, adik Atut. Sampai sekarang, dia belum ditahan walaupun kabarnya sudah ditetapkan sebagai tersangka," paparnya.
Selain itu, masih kuatnya posisi keluarga Atut dalam Golkar, baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat, akan menopang keberadaan keluarganya dalam politik di Banten. Suami Atut, Hikmat Tomet, misalnya, adalah anggota DPR RI dari fraksi Golkar sekaligus Ketua DPD Golkar Banten. Sementara itu, Atut saat ini menempati Ketua Bidang Perempuan DPP Partai Golkar.
Anggota klan ini, kata Hamid, juga menjadi caleg Golkar dengan nomor urut 1 di berbagai dapil. "Jika Golkar terus-menerus memberikan dukungan, bukan tidak mungkin klan ini akan bertahan," katanya.
Kendati demikian, jika memang benar klan Atut runtuh akibat kasus suap yang menjerat TCW, Hamid mengatakan, akan ada pertarungan yang seru dalam perebutan kekuasaan di Banten. Menurutnya, siapa yang akan berkuasa nantinya masih sulit diprediksi.
"Namun, tidak bisa dikatakan bahwa politik Banten pasti dikuasai oleh keluarga yang lain karena bisa jadi sosok non-dinasti juga yang akan muncul," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.