Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR, Perketat Pengawasan Anggaran!

Kompas.com - 05/05/2013, 15:17 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dewan Perwakilan Rakyat didesak tidak mengendurkan kinerjanya di fungsi pengawasan, khususnya pengawasan anggaran menjelang Pemilu 2014. Pengetatan pengawasan anggaran oleh DPR sangat diperlukan untuk mencegah praktik korupsi anggaran negara yang dipakai untuk dana kampanye pemilu.

Hal itu disuarakan Koalisi untuk Akuntabilitas Keuangan (Kuak) Negara saat jumpa pers di Jakarta, Minggu (5/5/2013). Ikut dalam jumpa pers tersebut adalah Darwanto dan Sri Nilawati (Indonesia Budget Center), Fahmy Badoh (Transparency International Indonesia), Jerry Sumampow (Komite Pemilih Indonesia), Hendrik Rosdinar (Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi), dan Aryanto Nurgroho (PWYP).

Mereka menilai, menjelang Pemilu 2014, kinerja DPR semakin menurun dalam hal pengawasan anggaran, baik dalam pembahasan di DPR maupun penggunaan anggaran di kementerian/lembaga. Padahal, anggaran negara dikhawatirkan dipakai untuk kepentingan pemilu.

"Di internal DPR, pengawasan anggaran dikhawatirkan akan berubah menjadi pembajakan untuk dana politik pemilu. Sedangkan di kementerian/lembaga akan berubah menjadi transaksional karena beberapa menteri mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Mereka disinyalir membutuhkan modal yang tidak kecil," kata Sri Nilawati.

Setidaknya, dari 560 anggota DPR periode 2009-2014, sebanyak 507 orang mencalonkan kembali di Pemilihan Legislatif 2014. Adapun di kabinet, setidaknya ada 10 menteri yang masuk dalam daftar calon sementara (DCS) anggota DPR.

Kuak berharap Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR memperkuat perannya dalam pengawasan anggaran dengan menindaklanjuti semua hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan. Namun, BAKN jangan hanya mengawasi anggaran di kementerian/lembaga, tetapi juga di internal DPR.

Kuak menyinggung temuan BPK dalam 5 tahun terakhir, yakni adanya 199.302 rekomendasi dengan nilai Rp 85,55 triliun. Dari temuan itu, baru 54,8 persen atau senilai Rp 33,58 triliun yang ditindaklanjuti. Sisanya sebesar Rp 51,97 triliun belum ditindaklanjuti.

"Situsi ini memperlihatkan pemerintah masih ingkar terhadap rekomendasi BPK. Seharusnya hal ini jadi konsen parlemen, sehingga tidak terus-menerus menjadi temuan yang berulang setiap tahun," kata Fahmy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com