Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat Dinilai Gagal Melembagakan Diri

Kompas.com - 13/02/2013, 09:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tampilnya Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengambil alih operasional partai memperlihatkan Demokrat gagal melembagakan diri. Untuk mengatasinya, semua organ partai perlu diberdayakan sehingga tidak terus bergantung kepada Yudhoyono.

Penilaian itu disampaikan peneliti Centre for Strategic and International Studies, Philips J Vermonte, dan Ketua Umum Ikatan Advokat Indonesia Todung Mulya Lubis di Jakarta, Selasa (12/2).

Menurut Philips, mekanisme internal pengurus Demokrat sulit berjalan sehingga memaksa pembina Demokrat ”mengambil alih” partai itu saat terjadi kemelut. Ini bisa menjadi preseden bagi partai lain, yaitu apabila menghadapi situasi konflik internal, bukan lagi pendekatan institusional yang digunakan, melainkan menggantungkan diri pada ”orang kuat” partai. Akibatnya, partai politik terus-menerus gagal melembagakan dirinya.

Akibat lain, publik makin menyadari, politik hari ini lebih tentang perseteruan para elite partai, politik tidak terkoneksi pada kebijakan publik dan berkaitan dengan publik. Terlebih lagi aura korupsi yang dilakukan elite partai, bukan hanya Demokrat, makin terbuka dan terang benderang terlihat oleh publik.

”Demokrat harus segera menuntaskan persoalan internal ini, tidak bermain di wilayah abu-abu antara melepas atau mempertahankan Anas (Urbaningrum). Kalau dipertahankan, mengingat kuatnya Anas di bawah, dia harus diberi kesempatan merekonsolidasi partai,” kata Philips.

Todung Mulya Lubis mengungkapkan, Demokrat belum berkembang jadi partai modern. Figur Yudhoyono sangat dominan, bahkan kini mengambil alih operasional partai. Langkah Yudhoyono dilihatnya berlebihan karena memperlihatkan ketidakpercayaan pada organ partai.

”Sebetulnya SBY tidak harus turun tangan langsung sendiri, tetapi bisa menunjuk perwakilan atau pimpinan lain di partai itu untuk menangani operasional partai. Itu mengurangi perhatian Presiden pada tugas negara. Itu tidak elok dilihat dari fatsun politik,” katanya.

Secara terpisah, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Massardi mengatakan, jika ingin menurunkan atau melucuti kewenangan Anas sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat, semestinya Yudhoyono bisa mendorong kongres luar biasa.

Sementara itu, setelah sakit sejak Minggu, kondisi Anas dikabarkan berangsur membaik. Tamu berdatangan ke rumah Anas di Duren Sawit, Jakarta Timur. Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Musni Umar, mengemukakan, ”Keadaan beliau berangsur membaik. Saya memberikan dukungan moral supaya tabah. Ini ujian.” (IAM/K11)

Selengkapnya, ikuti di topik pilihan:
Kemelut Demokrat

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

    Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

    Nasional
    ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

    ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

    Nasional
    Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

    Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

    Nasional
    Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

    Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

    Nasional
    Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

    Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

    Nasional
    ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

    ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

    Nasional
    Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

    Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

    Nasional
    Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

    Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

    Nasional
    Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

    Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

    Nasional
    Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

    Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

    Nasional
    Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

    Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

    Nasional
    UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

    UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

    Nasional
    Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

    Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

    Nasional
    MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

    MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

    Nasional
    Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

    Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com