JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj menyebut ruang kerja Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Gedung PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, sebagai tempat yang keramat.
"Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya. Kramatnya yah di pojok itu," kata Said saat memberikan sambutan dalam acara peresmian Pojok Gus Dur di Gedung PBNU, Minggu (7/8/2011).
Pernyataan Said itu disambut tawa ratusan orang yang hadir, seperti empat putri Gus Dur, yakni Allisa, Yenny, Anita, dan Inayah; para pengurus PBNU; dan Gusdurian atau sebutan untuk murid dan pencinta Gus Dur.
Pojok Gus Dur terletak di lantai dasar Gedung PBNU. Dahulu, di ruang pojok itulah Gus Dur berkantor, bahkan jauh sebelum gedung itu diresmikan pada 5 November 1999. Peresmian dilakukan tepat pada hari lahir Gus Dur 71 tahun lalu.
"Ruangannya sumpek, sempit, pengap, tetapi tamu-tamunya luar biasa. Kalau sudah ketemu Gus Dur, pengapnya hilang," kata Said.
Inayah mengatakan, kondisi ruang kerja Gus Dur dibiarkan seperti aslinya. "Di ruang itu Gus Dur mendayagunakan segenap energi untuk memikirkan rakyat Indonesia. Di ruang itu pula, Gus Dur menerima tamu, siapa pun dan dari mana pun, serta kepentingan apa pun," katanya.
Di pojok itu, kata Inayah, disimpan sebagian koleksi milik Gus Dur, seperti buku dari beberapa disiplin ilmu, audiobooks, foto, kaset ceramah, dan CD musik. Ada pula ratusan artikel dan buku karya Gus Dur serta buku tentang Gus Dur.
Diharapkan, lanjut Inayah, dari pojok itu akan lahir penerus Gus Dur. "Kami bertekad terus menjaga teladan, prinsip, pemikiran Gus Dur tetap terawat mewarnai pergerakan bangsa," ucapnya.
Kenangan
Dalam peresmian itu, disampaikan beberapa kenangan tentang Gus Dur. Inayah menceritakan, seorang pendeta HKBP di Medan, Sumatera Utara, pernah menemui Gus Dur di Gedung PBNU pada tahun 1980-an setelah kehilangan semangat untuk memberi pelayanan kepada umat.
"Katanya dari situ muncul dorongan tetap berada di jalan pelayanan. Tahun 1990-an waktu zaman demonstrasi, teman-teman aktivis juga ke sini. Sudut itu mungkin kecil, tetapi besar manfaatnya," katanya.
Adapun Said menceritakan ketika Gus Dur mengisi suatu seminar. "Di situ Gus Dur tidur, ngorok, berkeringat lagi. Saya bangunkan. Pernyataan ketiga narasumber dikomentari semua. Saya tanya gimana caranya Gus? Dia bilang, ’Nanti juga bisa’. Tapi sampai sekarang saya belum bisa juga," ucapnya sambil tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.