Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata A.M Hendropriyono soal Radikalisme di Indonesia...

Kompas.com - 08/05/2017, 13:37 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) A.M. Hendropriyono menyebut, paham radikalisme dan terorisme merupakan gangguan dan hambatan bagi Indonesia untuk maju.

Salah satu yang menjadi sorotan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu, yakni soal tujuan kelompok radikal mengganti sistem pemerintahan menjadi khilafah.

"Ada tiga hal pokok. Pertama, pemikiran khilafah itu berbicara soal umat. Sementara, NKRI berbicara soal warga negara inklusif," ujar Hendropriyono dalam sebuah diskusi di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Senin (8/5/2017).

(Baca: Radikalisme dan Politik Identitas)

Sistem khilafah, menurut Hendropriyono, tidak lebih baik dibanding konsep empat pilar Indonesia, yakni Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945.

"Kalau umat, itu harus patuh kepada khalifah. Sedangkan jika warga negara boleh berbeda pendapat dengan pemerintah sekalipun," ujar Hendropriyono.

Kedua, khilafah berbicara soal bagaimana menjadi manusia berdasar kacamata Islam versi mereka.

Sementara Republik Indonesia pasti akan menjamin hak setiap warga negara untuk menjalankan kehidupan beragamanya sesuai dengan keyakinan masing-masing selama tidak keluar dari konteks Pancasila.

(Baca: "Bapak Kapolri, Sikat Aja Radikalisme, Jangan Ragu...")

Ketiga, sistem khilafah tidak mungkin mengakomodasi demokrasi. Salah satunya soal memilih pemimpin. Sementara, NKRI dipastikan menjamin hak seluruh warga negara tanpa kecuali.

"Ini membuat kita akan lebih banyak alternatif untuk mendapatkan pemimpin yang cakap dan kompeten," ujar Hendropriyono.

Kompas TV Di Denpasar, Bali, belasan karangan bunga dikirim ke kantor Mapolda Bali.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com