Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikatan Kebangsaan Kian Kendur

Kompas.com - 17/10/2016, 19:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Kohesi sosial yang menjadi pengikat bangsa Indonesia yang begitu beragam semakin kendur akibat menguatnya pragmatisme politik dan ikatan-ikatan primordial. Kondisi semakin diperparah oleh lebarnya kesenjangan sosial ekonomi. Jika terus dibiarkan, peluruhan kohesi sosial ini akan menyuburkan prasangka yang mendorong timbulnya konflik sektarian.

Syamsuddin Haris, peneliti politik senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Minggu (16/10), saat dihubungi dari Jakarta menuturkan, penyebab kendurnya ikatan kebangsaan di Indonesia disebabkan semakin kuatnya nilai pragmatisme, termasuk pragmatisme kekuasaan.

Semua orang ingin mencapai keinginan dengan cara instan. Selain itu, globalisasi yang membawa nilai-nilai demokrasi, di saat bersamaan juga memperkuat ikatan primordialisme berbasis agama, daerah, dan asal-usul.

Hal ini diperparah oleh krisis kepemimpinan yang melanda bangsa Indonesia setelah Orde Baru. Proses demokrasi di Indonesia memunculkan pemimpin pilihan rakyat, tetapi mereka hadir tanpa diikuti visa kebangsaan yang bisa memperkuat kohesi sosial.

Menurut dia, figur yang muncul justru penguasa yang berorientasi pemenuhan hak pribadi atau kelompok, bukan pemimpin yang punya tanggung jawab. ”Kecurigaan dan prasangka akan semakin menguat. Pada akhirnya, hal ini bisa memicu konflik sosial politik sektarian. Politik tidak lagi rasional. Akal sehat menjadi hal yang marjinal,” katanya.

Keadilan sosial

Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif, secara terpisah, menuturkan, retaknya kohesi sosial di Indonesia disebabkan beberapa faktor, salah satunya keadilan sosial yang diharapkan, tetapi nyatanya tidak kunjung terealisasi.

Padahal, keadilan sosial itu sesuatu yang kasatmata. Menurut dia, setelah reformasi, Indonesia mengalami surplus kebebasan, tetapi defisit keadilan. Kesenjangan sosial juga makin lebar.

Menurut Yudi, alih-alih terjadi peleburan sosial, segregasi sosial yang diciptakan penjajah, ternyata setelah 71 tahun Indonesia merdeka justru mengeras. 
Ia menilai, relasi sosial silang budaya masih menjadi tantangan. Bahkan, belakangan muncul permukiman dan sekolah yang melahirkan pola relasi homogen, berbasis golongan, agama, atau suku. ”Kedalaman dalam proses silang budaya menjadi macet. Akibatnya, melahirkan banyak kesalahpahaman di antara golongan berbeda,” ujar Yudi.

Yudi mendorong upaya dari masyarakat untuk sama-sama kembali mengintensifkan relasi sosial yang inklusif. Dengan demikian, demokrasi tidak dimaknai sebagai suara mayoritas, tetapi lebih pada pengembangan demokrasi yang deliberatif, melibatkan semua pemangku kepentingan.

Untuk itu, ruang komunikasi harus dibuka lebar-belar. Namun, langkah ini, menurut Yudi, harus diikuti upaya pemerintah untuk meredistribusi kesejahteraan sehingga berkeadilan.

Sementara itu, dari sisi kepemimpinan nasional, Syamsuddin berharap muncul pemimpin politik yang punya visi kebangsaan dan lebih tunduk pada konstitusi ketimbang mengejar popularitas elektoral belaka. (GAL)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian "Kompas" edisi 17 Oktober 2016, di halaman 2 dengan judul "Ikatan Kebangsaan Kian Kendur"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com