Masyarakat Diminta Tidak Dibodoh-bodohi Isu Rokok Keretek Vs Rokok Putih

BOGOR, KOMPAS.com — Dalam upaya mengampanyekan pengendalian produksi dan konsumsi rokok di Indonesia, para aktivis anti-rokok disebut sering diserang isu melindungi kepentingan asing. 

Pendapat itu dilontarkan Ketua Badan Khusus Pengendalian Tembakau, Widyastuti Soerojo.

Ia menyebut isu yang kemudian muncul adalah rokok keretek vs rokok putih. Padahal, Widya menegaskan bahwa mereka sangat concern dalam mengampanyekan pengendalian produksi dan konsumsi semua jenis rokok tanpa kecuali.

"Mau rokok putih, rokok keretek, bagi kami itu sama saja," kata Widya dalam seminar pengendalian tembakau dengan tema "Membongkar Hambatan Aksesi FCTC dan Mitos Rokok di Indonesia" di Bogor, Sabtu (1/10/2016).

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, meyakini isu rokok putih vs rokok keretek hanya bagian dari upaya para pengusaha rokok dan para pelindungnya untuk mempertahankan kepentingan. 

Ia menyamakannya dengan adanya tudingan konspirasi asing yang diarahkan kepada aktivis anti-rokok.

Ia menilai tudingan itu tidak masuk akal karena di sisi lain, perusahaan rokok di Indonesia justru mulai banyak dikuasai perusahaan rokok asing.

Ia kemudian menyoroti kepemilikan mayoritas saham oleh perusahaan rokok asing terhadap perusahaan rokok besar di Indonesia, mulai dari Phillip Morris di Sampoerna dan British American Tobacco di Bentoel.

"Kenapa yang seperti itu tidak dibilang ulah asing," kata Hasbullah.