Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyambut hari lahir yang ke-43 hari Minggu (10/1) esok dengan rasa sukacita berkat kesuksesan di pemilihan kepala daerah serentak, 9 Desember 2015. Menurut catatan, PDI-P memenangi 114 dari 264 daerah pemilihan, baik melalui pencalonan kepala daerah sendiri maupun melalui koalisi dengan partai-partai lain.
Tentu ada sejumlah alasan mengapa ”Moncong Putih” merebut gelar ”juara umum” pada pilkada serentak perdana ini. Salah satu alasan, ini sekadar carry over kesuksesan 2014 ketika PDI-P memenangi pemilihan anggota legislatif dan Joko Widodo memenangi pemilihan presiden.
Ada juga pandangan alasan kemenangan itu lebih karena figur yang populer, khususnya yang petahana, dan tersedianya ”gizi” mencukupi untuk pemilih.
Dengan kata lain, PDI-P sebagai partai bukan menjadi entitas utama yang diincar pemilih saat mencoblos kertas suara.
Bermacam-macamlah teori yang berkembang mengenai yang terjadi dengan ”politik elektoral” kita tatkala pilkada serentak berlangsung.
Hendaknya, PDI-P, juga partai-partai lain, segera mempelajari dalam rangka bersiap menyongsong pilkada-pilkada serentak mendatang.
Apa pun, rasanya adil untuk mengatakan salah satu alasan utama kesuksesan PDI-P yang tak bisa dikesampingkan adalah faktor kepemimpinan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Ibaratnya, dia, seperti pernah dikatakannya sendiri, masih tetap menjadi nakhoda pengendali kapal tanker yang mengarungi samudra luas yang sarat peluang ataupun tantangan.
Tak berlebihan mengatakan, PDI-P adalah Megawati, dan sebaliknya, Megawati adalah PDI-P. Ia membawa PDI-P sebagai partai perlawanan terhadap Orde Baru, menang telak pada Pemilu 1999, dikalahkan Golkar empat tahun kemudian, dan berada di urutan ketiga pada Pemilu 2009.
Terlalu banyak predikat superlatif yang dapat disebut untuk Megawati. Predikat yang cukup melekat, suka atau tidak, dia adalah figur politik nasional yang paling berpengaruh saat ini.
Megawati tentu tetap bertahan menyelesaikan tugas sebagai penggembala PDI-P sampai kongres 2020, saat usianya mencapai 73 tahun. Masihkah Megawati mencalonkan diri pada kongres empat tahun lagi atau sebaliknya, mulai dari sekarang mendapuk para calon pengganti?
Memang telah berlangsung lama terjadi debat tentang calon-calon pengganti dari ”kader biologis” ataupun ”kader ideologis”. Setidaknya sudah ada dua anak Megawati yang berkiprah di DPP PDI-P, yakni Puan Maharani dan Prananda Prabowo.