Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ginandjar Kartasasmita: Aburizal dan Agung Laksono, Contohlah Soeharto

Kompas.com - 12/11/2015, 19:24 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi senior Partai Golkar, Ginandjar Kartasasmita meminta, agar dua Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono dan Aburizal Bakrie, meneladani sikap kenegaraan Presiden kedua, RI Soeharto dan Presiden ketiga RI, BJ Habibie.

Keduanya bersedia mundur dari jabatannya sebagai presiden, meski belum habis masa jabatannya.

"Contoh Pak Harto. Kalau beliau tidak mau turun, tentu bisa lain lagi (kondisinya). Begitu juga Pak Habibie, dia jadi presiden sampai 2003, tapi dia selenggarakan Pemilu 1999," kata Ginandjar usai bertemu dengan politisi muda Golkar di kediamannya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (12/11/2015).

Pertemuan itu dilakukan dalam mencari solusi atas konflik berkepanjangan antara Agung Laksono dan Aburizal Bakrie yang belum ada titik temunya. (Baca: Ginandjar: Ada Friksi di Golkar Sepanjang Sejarah, tapi Tak Pernah Seperti Sekarang ) 

Menurut Ginandjar, Soeharto dan Habibie itu lebih mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi. Hal itu seharusnya juga dapat dijadikan contoh dalam menjalankan kehidupan partai politik.

"Jangan hanya berebut, menempatkan diri dalam posisi yang berarti, tapi eksistensi partai yang dipertaruhkan," kata dia. (Baca: Kubu Agung Laksono: Proses Hukum Berhenti jika Aburizal Mau Munas Bersama ) 

Mantan Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Industri era Soeharto itu mengatakan, dalam sejumlah survei , posisi Partai Golkar berada di urutan tiga besar. (Baca: Kata Aburizal, Waktu Munas Tergantung DPD I Golkar ) 

Kondisi itu, menurut dia, belum pernah terjadi di sepanjang sejarah Golkar.

Selain itu, konflik Golkar juga telah memberikan dampak besar, terutama terhadap pelaksanaan pilkada serentak. (Baca: Soal Golkar, Jusuf Kalla Minta Menkumham Segera Laksanakan Putusan MA )

Tidak sedikit kader Golkar di daerah yang justru memilih maju sebagai calon kepala daerah dengan menggunakan kendaraan politik lain.

"Kalau ini dibiarkan makin berlarut-larut, makin hanyut Golkar. Di Jakarta mungkin masih ada DPR, tapi di daerah Golkar sudah habis," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com